Jejamo.com, Bali – Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dalam mengonsumsi daging babi terkait kasus dugaan meningitis streptococcus suis (MSS) atau meningitis babi yang dialami sejumlah warga di Abiansemal, Kabupaten Badung.
“Kami telah melakukan sejumlah langkah investigasi terkaitsuspect atau dugaan MSS di wilayah Kabupaten Badung,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya, dilansir republika.co.id, Sabtu, 11/3/2017.
Dari hasil investigasi, hingga saat ini ditemukan 13 kasus, di antaranya tujuh kasus sudah diambil sampel darah dan dilakukan pemeriksaan di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUP Sanglah. “Hasil sementara, pemeriksaan sampel yang dikirim ke RSUP Sanglah, dua kultur darah pasien telah dinyatakan positif MSS,” ucapnya.
Suarjaya mengemukakan bahwa MSS merupakan meningitis bakteri akut zoonosis yang penularannya dari babi ke manusia. Penularannya melalui makanan (produk babi yang mentah misalnya darah segar, usus, jeroan dan daging yang terinfeksi). Selain itu, luka lecet saat mengolah daging babi yang terinfeksi juga berpotensi menularkan penyakit ini.
Gejala klinis MSS antara lain panas/riwayat panas, perubahan kesadaran, kaku kuduk, sakit kepala dan sering menimbulkan tuli saraf derajat sedang, berat dan bilateral. “Untuk mencegah penularannya, masyarakat kami imbau membeli daging babi di tempat yang resmi sehingga dapat dipastikan babi yang dipotong dalam keadaan sehat,” ucapnya.
Suarjaya menambahkan, masa inkubasi MSS adalah beberapa jam hingga 14 hari setelah makan produk babi terinfeksi yang mentah atau setengah matang seperti olahan kuliner tradisional Bali berupa “lawar merah dan komoh”.(*)