Jejamo.com, Jakarta – Keran impor yang dibuka pemerintah dimanfaatkan Perum Bulog dengan mendatangkan 227 ribu ton beras asal Vietnam dengan kualitas sedang hingga akhir November 2015 ini.
“Kedatangan pertama pada 7 November 2015 dan masih terus berjalan,” ujar Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti, Minggu, 29/11/2015. Seperti dikutip Tempo.co.
Pemerintah memberi ijin kepada Bulog mendatangkan beras impor guna menghadapi musim paceklik yang diperkirakan bakal terjadi awal tahun 2016 ini. Ijin ini diberikan untuk beras Vietnam dengan kualitas medium sebanyak 1 juta ton.
Sayangnya penyaluran beras ini masih terhambat untuk disalurkan karena sejumlah pelabuhan ditanah air belum memadai. Sementara soal kedatangan, beras Vietnam itu tak seluruhnya ditampung melalui Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah. “Total ada 16 pelabuhan kedatangan,” kata Djarot.
Beras yang tiba di Tanjung Perak, Surabaya, misalnya, tak bisa langsung dioper ke Nusa Tenggara Timur yang sangat membutuhkan. Alasannya pelabuhannya hanya bisa dimasuki kapal kecil. Begitu juga dengan Bitung yang hanya dapat menerima kapal dengan kapasitas 4-5 ribu ton.
Hal ini menurut Djarot juga dikarenakan keputusan pemerintah terhitung terlambat dalam mengantisipasi musim paceklik yang datang di sejumlah daerah. Bulog menurut Djarot tak punya banyak waktu untuk merencanakan distribusi sesuai dengan kebutuhan daerah.
“Bayangkan, kalau mendadak kita butuh 2,5 juta ton beras lalu kapasitas kapal yang angkut hanya 25 ribu ton, berarti kan butuh seribu kapal,” paparnya.
Djarot juga menjelaskan kedatangan beras impor itu telah menambah stok beras Bulog hingga berjumlah 1,3 juta ton. Dampak El-Nino yang dikhawatirkan bakal menghambat panen, menurut Djarot membuat pemerintah saat ini tengah mengkaji kemungkinan mendatangkan beras tambahan dari negara lain.
“Ada penjajagan dengan Pakistan, tapi belum ada kesepakatan,” terangnya.
Tempo.co