Jejamo.com, Bandar Lampung – Merespons sejumlah ancaman dan intimidasi terhadap para fasilitator diskusi yang diadakan oleh Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra Universitas Lampung (Unila) tentang diskriminasi rasial terhadap Papua, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, memberikan pernyataan tertulis.
Usman Hamid mengatakan, intimidasi dan sejumlah ancaman itu benar nyata adanya, dan belakangan semakin intens menimpa para fasilitator yang terlibat dalam diskusi-diskusi publik dan ilmiah terkait diskriminasi dan rasisme terhadap Papua.
Ia mengatakan, pihaknya mengalami gangguan serupa ketika kami mengadakan diskusi bertema Papua pada Jumat lalu, 5 Juni 2020.
Usman Hamid mengatakan, ia dan dua pembicara lainnya mendapat panggilan masuk secara terus-menerus dari nomor-nomor yang berbeda.
“Kode telepon berasal dari luar negeri. Hal itu sangat mengganggu jalannya acara,” kata dia.
Usman Hamid bilang, dari hasil pemantauan pihaknya, intimidasi serupa yang terjadi selama sepekan terakhir ini tidak hanya terjadi pada diskusi soal Papua yang kami atau Teknokra Unila inisiasi, tapi juga terhadap beberapa penyelenggara lain.
Kondisi itu merupakan bentuk ancaman terhadap kebebasan berekspresi masyarakat yang berusaha mengadakan diskusi publik terkait kesejahteraan masyarakat Papua.
Kata Usman Hamid, semua lapisan masyarakat seharusnya punya hak berkumpul, berekspresi dan mengemukakan pendapat secara damai, terlepas apa pun media penyampaiannya. []