Jejamo.com, Bandar Lampung – Sebanyak 23 persen atau Hampir seperempat remaja di Lampung setuju adanya hubungan seksual dalam aktivitas pacaran.
Hal itu memicu kehamilan di luar nikah. Selain itu, sebagian besar pria tidak mau menikahi pacarnya yang kadung hamil. Dari situ memantik tindak pidana pembunuhan yang beritanya banyak diekspos media massa.
Kepala Cabang Pendidikan Wilayah II Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung Sunardi mengatakan itu saat menjadi pembicara kunci webinar tentang mewaspadai seks bebas dan LGBT yang digelar Forum Kerja Sama Alumni Rohis (FKAR) Bandar Lampung malam ini.
Sunardi mengutip pemberitaan hasil penelitian Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) mengenai angka itu. Sunardi prihatin dengan permisifnya remaja dalam perilaku seks pranikah.
Sunardi mendorong peran guru agar hal itu bisa dihindari. Caranya, kata Sunardi, dengan mempunyai catatan terhadap semua siswa yang mempunyai kecenderungan seksual yang aktif dan menyimpang.
Termasuk di lembaga pendidikan di mana siswanya sudah memasuki pubertas.
Ini, kata Sunardi, menjadi penting karena media sosial menawarkan banyak informasi yang menjadi asupan pengetahuan. Maka itu, setiap guru harus punya kepedulian mendalam terkait hal ini.
“Jika ada yang sudah kelihatan ada kecenderungan semacam itu, bisa disikapi dengan baik,” kata dia.
Sunardi juga mensinyalir bahwa perilaku seks bebas dan LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender) juga ada di boarding school.
Sunardi beranggapan, orang mungkin merasa di boarding school anak akan baik-baik saja.
Tapi, tanpa perhatian dan pengawasan, boarding school justru membuka ruang untuk perilaku seks menyimpang. Sunardi mengajak semua pihak peduli. Khususnya guru di sekolah.
Webinar ini diisi Direktur Center of Gender Studies yang juga Ketua Kajian Aliansi Cinta Keluarga (Aila) dokter Dinar Dewi Kania. [Sugiono]