Jejamo.com, Tanggamus – Nasib sedih dirasakan masyarakat di Pekon Atar Lebar, Kecamatan Bandar Negeri Semoung, Kabupaten Tanggamus. Mereka harus menandu jenazah salah satu warganya menggunakan sarung, akibat di desanya belum tersentuh bantuan infrastruktur.
Kondisi jalan yang rusak dan terjal, serta jembatan penghubung yang buruk, membuat sejumlah warga harus menandu jenazah sejauh belasan kilometer. Berjalan kaki selama satu jam lebih, hingga menemukan jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat.
Janji Bupati Tanggamus dan pejabat terkait hingga saat ini belum dirasakan masyarakat Pekon Atar Lebar. Arti kemerdekaan Republik Indonesia yang dimeriahkan di setiap daerah juga belum bisa dirasakan warga di sana. Salah seorang warga Pekon Atar Lebar, Ahmad Taufik, berharap ada realisasi dari janji pemangku kebijakan agar warga di desanya dapat merasakan akses jalan yang bisa dilalui kendaraan roda empat.
“Hari ini ada warga yang meninggal, Sakiyem (50), ibu dari bidan desa kami Widiawati, meninggal karena sakit. Akibat akses jalan dan jembatan yang tidak layak, jadi kami harus menandu jenazah pakai sarung selama satu jam lebih, sekitar hampir 12 kilometer kami jalan kaki,” kata Ahmad Taufik, Selasa, 30/8/2022.
Dia mengaku kondisi jalan rusak sudah sejak terjadi saat pekon atau desa itu berdiri dan belum tersentuh bantuan pembangunan infrastruktur. Bahkan di zaman serba digital saat itu, akses internet di Atar Lebar sangat sulit.
“Sampai saat ini kami belum bisa merasakan arti kemerdekaan, karena hingga saat ini kami belum pernah merasakan selama bertempat di Pekon Atar Lebar ini ada pembangunan jalan dan jembatan dari pemerintah. Sehingga menandu menjadi rutinitas kami apabila ada yang sakit atau meninggal dunia. Kami harap adanya pembangunan jembatan dan jalan, sehingga bisa seperti pekon-pekon lain yang terjangkau oleh kendaraan,” ucapnya.
Sementara itu, Kasi Pemerintahan Pekon Atar Lebar, Darno, membenarkan adanya jenazah warganya yang ditandu agar dapat dimakamkan di kampung halaman. Pengangkutan oleh warga menggunakan tandu akibat kendaraan roda empat tidak dapat melintas lantaran kondisi infrastruktur jalan yang buruk.
“Jenazah itu ibu dari bidan desa Widiawati yang hendak dipulangkan ke kampung halamannya di Way Kanan. Ibu Sakiyem datang untuk menjenguk anaknya yang bertugas sebagai bidan di desa kami, tetapi beliau sakit di sini selama 14 hari, kemudian meninggal dunia. Atas permintaan keluarga, jenazah akan dimakamkan di kampung halaman, jadi kami harus menandu jenazah ke tempat yang dapat diakses kendaraan roda empat, sejauh 12 kilometer atau satu jam dengan berjalan kaki dan akan diteruskan menggunakan ambulans menuju kampung halaman beliau,” ungkapnya.
Dirinya berharap pemerintah dapat memprioritaskan pembangunan akses jalan di pekon tersebut agar kejadian serupa tidak terulang terus-menerus.
“Kalau setiap ada warga sakit dan meninggal harus ditandu, jadi kami berharap pemerintah dapat cepat membangun akses jalan di sini agar bila ada warga yang sakit cepat tertangani,” ujarnya.(*)[Abid]