Jejamo.com, Kota Metro – Aksi demonstrasi Aliansi Mahasiswa Kota Metro menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi disambut kawat berduri sepanjang 30 meter oleh aparat kepolisian, Senin, 19/9/2022.
Unjuk rasa yang berlangsung di depan kantor Wali Kota Metro itu juga sempat diwarnai aksi saling dorong antara barikade kepolisian yang berjaga dengan sejumlah mahasiswa.
Ratusan mahasiswa yang merupakan gabungan dari berbagai organisasi dan badan eksekutif mahasiswa (BEM) di Kota Metro itu menuntut Wali Kota Metro untuk ikut menolak keputusan pemerintah pusat menaikkan harga BBM bersubsidi.
“Jadi tuntutan kita jelas, menuntut pemerintah pusat untuk mencabut keputusan menaikkan harga BBM pada 3 September 2022 lalu, kemudian menuntut pemerintah pusat menunda pengadaan proyek strategis nasional dan mengalihkan dana tersebut untuk subsidi BBM, serta kami juga meminta kepada Wali Kota Metro untuk membuat pernyataan, ikut menolak kenaikan harga BBM,” ujar Ketua HMI Kota Metro Khoirul Aji saat dikonfirmasi Jejamo.com.
Khoirul Aji mengatakan dirinya dan beberapa mahasiswa peserta aksi unjuk rasa mendapatkan perilaku tidak humanis dari aparat kepolisian berupa pemukulan.
“Tidak hanya saya, mahasiswa lain juga sempat mengalami pemukulan. Selama ini terkadang yang memunculkan keributan itu dari aparat kepolisian sendiri, kenapa, kami melakukan aksi damai tidak membawa senjata dan tadi juga sempat ada aksi dorong-mendorong, mukul-memukul dengan tongkat kepolisian, jadi tidak fair-lah itu, seharusnya kepolisian harus lebih humanis dalam mengawal aksi damai ini,” tandasnya.
Sementara itu, Ketua DPD KNPI Kota Metro, Lukman Sanjung, menganggap pemerintah terlalu berlebihan menyambut mahasiswa dengan memberi kawat berduri sepanjang 30 meter dalam aksi damai aliansi mahasiswa yang menolak kenaikan harga BBM.
Ia juga mengatakan, harusnya hanya ada barisan pengaman, tidak sampai adanya kawat berduri itu.
“Mahasiswa hanya ingin menyampaikan aspirasi. Saya juga dulu pernah demo, gak sampai begitu. Hanya barisan pengaman. Fungsi mahasiswa itu, sebagai agen pembaharuan, sebagai kontrol pemerintah. Jadi tidak layak jika disambut dengan kawat berduri, karena mereka hanya mau menyampaikan aspirasi,” tegasnya.(*)[Anggi]