Jejamo.com – Film berjudul Kulak Kukut garapan Jejamo Media Production ini menjadikan gulai Kulak Kukut sebagai gagasan primer untuk dikenalkan lebih luas ke berbagai kalangan. Penulis skenario, Arman AZ, menempatkan masakan khas dari Lampung Tengah itu menjadi objek sentra pada film.
Sebagai ide cerita, Kulak Kukut menguatkan keterkaitan antartokoh dalam film yang diperankan Ainun (Rebecca Ginting), Rozali (Gilbran Ibrahim), dan Raden Harun (Humaidi Abas). Film bergenre fiksi drama tersebut menjadi film pertama yang mengangkat isu budaya pangan di Lampung.
“Film ini adalah puncak ketersinggungan batin, betapa sebagai penghasil rempah terbaik dunia justru Lampung tenggelam dalam peta kuliner nasional,” ungkap Arif Surakhman, produser film Kulak Kukut.
Sebagai film Lampung dengan isu kuliner pertama, tak kepalang tanggung sutradara Dede Wijaya meminta Humaidi Abas, yang memerankan Ki Zainal pada Hayya 2: Hope Dream & Reality, berperan sebagi Raden Harun di film Kulak Kukut.
Film yang didukung oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah ini menceritakan Ainun, putri tunggal Yusuf Pangeran (Muadin Efuari), yang membuka rumah makan dengan konsep menu masakan khas daerah. Salah satunya gulai Kulak Kukut.
Lantaran dikenal menjual masakan khas Lampung, Ainun kemudian menjadi mentor chef restoran hotel bernama Rozali. Seiring waktu, Rozali justru memiliki ketertarikan pada Ainun.
Sementara Ibrahim (Fauzi Subing), anak lelaki tertua Raden Harun juga sejak lama menyukai Ainun. Meski begitu, Raden Harun tidak menyukai latar belakang Ainun.
Yusuf Pangeran, ayah Ainun, menolak kedekatan putrinya dengan Rozali yang bukan orang Lampung. Ia gundah jika Ainun sampai menikah dengan pria yang berasal dari luar daerah. Namun, di sisi lain, dia juga tidak menyukai Ibrahim.
Melalui film yang menjalani proses pengambilan gambar di Lampung Tengah ini penonton disajikan tradisi kuliner bernama nganjar, keindahan destinasi wisata Curup Tujuh di Selagai Lingga, dan penampakan udara Monumen Kopiah Mas.
Puncaknya, film pendek berdurasi 35 menit ini menampilkan gulai Kulak Kukut dalam konsep plating yang menarik. Sejauh ini secara konsep presentasi sajian, masakan tradisional Lampung belum mampu ambil bagian dalam gala dinner di ajang wisata nasional. Pun sebatas Festival Krakatau yang acap digelar saban tahun.
“Kami berharap setidaknya film ini menginspirasi Pemprov Lampung untuk menyajikan masakan tradisional semisal Kulak Kukut kepada duta besar perwakilan negara sahabat di gala dinner Festival Krakatau. Sebagai menu utama, gulai Kulak Kukut merupakan masakan dengan kompleksitas rasa yang mewah. Sejauh ini hanya gulai Kulak Kukut yang dapat memadukan rasa tanah dari jamur dan aroma asap menjadi satu kesatuan sempurna pada gurihnya santan kelapa,” jelas Arif.
Musik pengiring film serta penghubung antara adegan satu dan lainnya dikomposisikan dengan melibatkan kombinasi alat musik tradisional Lampung. Sebagai komposer, Oktavian Aditya terbilang sukses mengombinasikan talo balak, gambus, dan serdam. Selain ritme gitar tunggal, sastra lisan seperti dadi juga dikomposisikan dengan apik di film ini.
Anda bisa melihat cuplikan film Kulak Kukut di sini.(*)[Anggi]