Jejamo.com, Kota Metro – Pemudik yang berencana melintas di jalur alternatif di Jalan Hasanuddin Kota Metro harus ekstra hati-hati. Sarana infrastruktur jalan tersebut kondisinya rusak parah sehingga bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
Salah seorang warga pemilik warung di Jalan Hasanudin, Simanjuntak(69) menyebut arus lalu lintas di ruas jalan itu memang selalu ramai. Jalur tersebut kerap digunakan pemudik sebagai alternatif karena situasi di jalur utama menuju Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur yakni Jalan AH Nasution, lebih padat kendaraan.
“Musim Lebaran biasanya lebih ramai lagi kendaraan yang lewat. Tapi ya itu, rusak begini di sepanjang jalan, parah sekali. Bukan cuma pernah orang kecelakaan, sering sekali malah,” kata Simanjuntak kepada Jejamo.com di warung kelontongnya, Sabtu, 1/4/2023.
“Karena jalannya retak-retak, setiap ada kendaraan lewat pasti bergetar sekali dan suaranya berisik. Sering tengah malam, mobil-mobil besar lewat bawa barang, ya itu, kalau lewat sini bergetar suaranya berisik,” lanjutnya.
Sementara itu, seorang pria lanjut usia warga Metro Timur, Muhammad Sholeh (81) mengaku sering menolong orang kecelakaan di Jalan Hasanuddin. Sholeh yang berprofesi tukang becak dan mangkal di tepi jalan itu, juga tergerak hatinya untuk membantu bila arus kendaraan sedang ramai sampai menimbulkan kemacetan.
“Yo sering. Kecelakaan montor sing sering. Yo kejeblos lubang mbokan. Piye meneh, wong dalan ne ra tau apik kok,” ujarnya dalam bahasa Jawa.
Dari pantauan Jejamo.com di ruas Jalan Hasanudin dengan panjang sekitar 5 kilometer yang membelah 3 kelurahan, Imopuro, Yosorejo dan Yosomulyo di dua kecamatan berbeda, mulai dari depan Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan (GKSBS) Kota Metro hingga sepanjang satu kilometer sampai perbatasan antara Kota Metro dengan Kabupaten Lampung Timur, kerusakan di jalur alternatif mudik Lebaran itu kondisinya sangat memprihatinkan.
Sederet lubang dengan berbagai ukuran nampak menganga dengan kedalaman berkisar antara 5-15 sentimeter. Di beberapa titik, terdapat rigid di ruas jalan itu, akan tetapi kualitas pengerjaannya terkesan buruk, diduga konstruksinya telah rusak dan menimbulkan permukaan jalan yang retak-retak.
Simanjuntak dan Sholeh berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Metro lebih memerhatikan kualitas pengerjaan proyek peningkatan infrastruktur, serta tidak lagi menggunakan jasa dari pihak rekanan yang tidak cakap dalam bekerja dan justru pekerjaannya malah menyebabkan kerusakan yang lebih parah.
“Itu kan pernah diperbaiki, tapi balik rusak lagi. Makanya kalau cari pemborong itu pemborong yang bagus. Kalau yang kerjaannya nggak becus ya nggak usah lagi disuruh kerja. Malah bikin hancur aja,” tandas Simanjuntak.(*) (Anggi)