Jejamo.com, Kota Metro – Pemerintah Kota (Pemkot) Metro membahas upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi banjir yang kerap dikeluhkan masyarakat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Metro, Bangkit Haryo Utomo, menyebut kawasan Hotel Aidia Grande sempat menjadi sorotan karena sejumlah bangunannya yang berdiri di atas daerah aliran sungai (DAS). Meski begitu, sampai saat ini tempat usaha tersebut masih diberi kesempatan untuk menyediakan area resapan air yang berfungsi mengurangi debit air, terutama saat musim hujan.
“Ya, seperti yang disampaikan soal bangunan-bangunan di atas DAS. Padahal kan ini juga sering kita sosialisasikan juga. Memang, terkadang orang itu membangun karena lahannya mepet, itu akhirnya membangun di situ (di atas DAS). Sering kita lakukan sosialisasi melalui Pol PP juga. Itu misalnya, di wilayah Hotel Aidia yang sampai saat ini masih kita lakukan mediasi supaya mereka bisa tertib. Kita masih lakukan pendekatan sampai saat ini, supaya mereka segera membangun resapan,” kata Bangkit didampingi Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Kasatpol PP) Metro Jose Sarmento dan Kepala Dinas PUTR Kota Metro Robby Kurniawan Saputra saat menjadi narasumber acara talk show sebuah televisi swasta di ruang kerja Sekda Kota Metro, Rabu, 24/5/2023.
Menanggapi pernyataan Sekda Kota Metro, Kasatpol PP Kota Metro, Jose Sarmento menyebut pihaknya telah secara rutin melakukan sweeping ke sejumlah titik, tidak hanya di kawasan Hotel Aidia Grande saja. Pun demikian, sosialisasi kepada masyarakat dilakukan dengan tetap mengedepankan ketegasan dengan asas humanis dan persuasif.
“Kita lakukan pemantauan dan pengawasan di lapangan, mana yang melanggar mana yang tidak. Kalau yang terkait dengan banjir tadi itu, kita juga sudah melakukan beberapa kegiatan. Ya memang ini ada bangunan-bangunan yang melanggar juga di daerah situ,” kata Jose.
“Kita butuh kepatuhan juga dari masyarakat. Benar sekali, pada saat kita sosialisasikan ya memang ada yang tertib dengan sadar patuh dan membongkar sendiri, tapi ya ada juga yang belum bisa patuh. Maka kita yang bongkar. Karena memang ada itu melanggar,” timpalnya.
Sementara itu, Kepala Dinas PUTR Kota Metro, Robby Kurniawan Saputra menguraikan alur terjadinya banjir di sejumlah titik dan keterkaitannya dengan saluran air yang ada.
“Seperti yang disebutkan Pak Sekda tadi, soal banjir yang terjadi pada 23 Oktober 2022 yang lalu. Dengan intensitas hujan yang tinggi, juga dengan air sungai yang tinggi, maka terjadi luapan pada antrean air yang tidak tertampung di saluran air, sehingga meluap dan mengisi permukiman warga,” katanya.
“Biasanya di Metro kalau terjadi genangan, dalam satu sampai dua jam hilang airnya, surut. Tapi kan masalahnya ini mengalir masuk ke rumah-rumah warga. Itu masalahnya,” lanjutnya.
Menurut Robby, soal sedimentasi yang mengendap dan mengeras di dalam saluran air, juga jaringan drainase yang tidak terintegrasi, menjadi indikator penyumbang banjir yang kerap melanda permukiman warga.
“Masalah lain pada drainase itu, di Metro ini sedimennya juga sudah sangat tinggi. Belum lagi soal penutupan drainase juga kan? Apalagi di Jalan Imam Bonjol itu, bahkan sedimen sudah mengeras,” ungkapnya.
Oleh sebab itu, PUTR Kota Metro akan sesegera mungkin mengantisipasi musibah serupa agar tidak terulang. Dimulai dari ikhtiar normalisasi sejumlah jaringan drainase di daerah yang rawan banjir.
“Nah, ya inilah yang memang sedang kita upayakan. Melakukan normalisasi dan penyambungan jaringan drainase agar terintegrasi. Tahun ini akan ada drainase yang kita bangun juga, itu sudah disesuaikan dengan permintaan masyarakat,” tandasnya.(*) (Anggi)