Rabu, November 6, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Kisah Saniyem Mengais Rezeki, 53 Tahun Jual Jamu Keliling

Saniyem saat melayani pembeli jamu di Jalan Imam Bonjol Kota Metro, Rabu, 12/7/2023. | Anggi/Jejamo.com

Jejamo.com, Kota Metro – Roda sepeda Saniyem terhenti di sisi Jalan Imam Bonjol, tepat di samping Kantor Pos Kota Metro. Siang itu dia menghampiri langganannya yang rutin membeli jamu yang ia jajakan saban hari.

Panas terik tak digubris. Perempuan lanjut usia itu nampak saksama meramu komposisi jamu tradisional yang dipesan pelanggan meski sinar matahari menyengat kulit, seolah-olah pelayanan kepada pembeli jadi prioritasnya. Hal yang jadi cermin dedikasi selama 53 tahun berjualan jamu keliling.

“Saya jual jamu sudah dari sekitar tahun 70-an, saya masih gadis waktu itu. Enggak apa-apa, panas atau hujan ya sama aja, tetap jualan kok. Ya mesti begitu toh mas, kan pembeli adalah raja,” ucap perempuan yang akrab disapa Bude Yem itu, Rabu, 12/7/2023.

Sampean tak gawek ne piye? Gelem yo,” ujarnya sembari menawarkan segelas jamu beras kencur.

Saat jamu beras kencur hangat Bude Yem dituangkan dalam segelas kaca bening yang disuguhkan kepada saya, aroma berbagai macam jenis rempah tercium bak menyambar hidung. “Diminum mas, gratis kok. Jamu beras kencur ini bagus untuk kesehatan, isinya ya beras, kencur, gula, dan jahe. Bisa ngurangi pegal linu dan bikin badan segar, insya Allah,” tuturnya.

Bude Yem mengisahkan perjalanannya selama puluhan tahun berjualan jamu keliling. Mulai jualan dengan cara berjalan sambil menggendong bakul jamu, hingga kini masih konsisten menjajakan jualannya dengan mengendarai sepeda.

Untuk segelas jamu, ia biasa menjualnya dengan harga Rp2 ribu sampai Rp5 ribu saja. Harga yang terbilang murah. Ia pun mengaku tak pernah berkeluh kesah berapa pun nominal rupiah yang didapat.

“Berapa aja rezekinya disyukurilah pokoknya. Kadang dapat Rp100 ribu, Rp70 ribu, atau Rp50 ribu ya alhamdulillah. Dulu pertama kali jualan jamu saya enggak pakai sepeda, jualnya gendong bakul. Itu dulu di Bandar Sribawono, Lampung Timur. Nah, mulai dagang di Metro kalau enggak salah dari tahun 78,” kisahnya.

Wanita yang saat ini tinggal di Keboncengkeh, Kelurahan Hadimulyo Barat, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro itu mendapat bahan baku berjualan jamu dari Pulau Jawa. Kunyit, temulawak, temu giring, lempuyang, temu putih, temu hitam, lengkuas, gandarusa, johar, dan jahe dibeli dengan menitipkan pada sopir muatan barang atau kepada putranya yang bekerja di seberang sana.

“Kalau bahan-bahannya, saya biasa titip sama anak. Kalau dulu titip belanjaan sama sopir sayur-sayuran. Kayu manis, cepli’an, cabe jawa, kunyit, jahe, kencur, broto wali, dawong, macam-macam pokoknya,” tukasnya.

Jamu sendiri merupakan jenis minuman tradisional Indonesia yang sudah cukup populer. Jauh sebelum dunia kesehatan menemukan obat-obatan kimia, masyarakat percaya bahwa jamu yang diracik dari bahan-bahan alami itu kaya manfaat dan menyehatkan, bahkan bisa mengobati berbagai penyakit.(*) (Anggi)

Populer Minggu Ini