Jejamo.com, Kota Metro – Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kota Metro, Ardah, optimistis bisa memboyong penghargaan Adipura untuk Kota Metro. Dinasnya bakal serius mempersiapkan diri menyambut kedatangan tim penilai Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI pada Januari dan Februari 2024.
“Insya Allah kita optimis penghargaan Adipura bisa kita dapatkan. Nanti kita akan segera buat laporannya dan kita laporkan ke Wali Kota Metro, tentang apa hasil dari perjalanan kami ke Kementerian LHK tempo hari,” kata Ardah saat diwawancarai Jejamo.com di ruang kerjanya, Senin, 28/8/2023.
“Alhamdulillah, Kota Metro nanti akan dinilai pada tahap 2, di Januari dan Februari. Itu artinya, kita masih punya jeda waktu sekitar 3 bulan untuk melakukan persiapan penilaian Adipura,” sambungnya.
Meski dengan segala keterbatasan yang ada, jelas Ardah, Dinas LH Kota Metro tetap berupaya maksimal meng-cover permasalahan yang menghambat langkah untuk meraih penghargaan Adipura. Menurutnya, ada dua kendala terbesar dalam pengelolaan sampah di Bumi Sai Wawai.
“Kendala kita yang terbesar itu ada di TPAS. Nah itu kita bisa rapikan dengan dua cara, penutupan dengan tanah atau bisa juga dengan penutupan terpal. Tinggal nanti disesuaikan dengan anggaran yang ada. Kemudian yang kedua, penilaian kita yang masih rendah terkait dengan kondisi di pasar, terutama di kompleks pertokoan. Kurangnya kepedulian dari pemilik-pemilik toko untuk menempatkan kotak sampah di depan toko-toko mereka, itu kita akan imbau untuk menyiapkan kotak sampah di depan tokonya masing-masing. Minimal ada dua kotak sampah di depan tokonya,” paparnya.
“Meski begitu, alhamdulillah apa yang menjadi kendala itu bisa kita selesaikan. Ya, jadi armada sampah sendiri itu kita sudah punya 19 yang aktif, dan itu belum termasuk yang dari swasta juga ya. Kalau untuk jumlah armada ataupun SDM tenaga kerja yang kita punya, itu tentu belum bisa meng-cover, hanya saja kita bisa optimalkan apa yang kita miliki saat ini,” tambahnya.
Sementara itu, diketahui dengan kapasitas penduduk sekitar 160 ribu jiwa, Kota Metro dapat memproduksi sampah 100 ton sampai 104 ton per hari. Sedangkan TPAS Karangrejo yang memiliki luas sekitar 14 hektare, baru sekitar 7 hektare yang dimanfaatkan sebagai lahan penampungan sampah. Sementara sisa lahan lainnya digunakan tempat pengembangan dan pengelolaan TPAS.
Ardah menyebut sampah yang diolah di Pusat Daur Ulang (PDU) itu sekitar 3 sampai 4 ton per hari. Sisanya, sebelum akhirnya ditempatkan di TPA, sampah-sampah itu sebagiannya akan diolah lagi di bank sampah.
“Alhamdulillah, bank sampah yang ada itu sudah giat, jadi tidak semua sampah yang ada itu kita bawa langsung ke TPA, melainkan berhenti dulu di PDU dan di bank sampah,” pungkasnya.(*) (Anggi)