Jejamo.com – Tim Prinsipal Repsol Honda, Livio Suppo mengungkapkan, tingginya harga satu unit motor MotoGP ikut dipengaruhi kerja sama pihak ketiga. Ada beberapa bagian tertentu pada motor yang harus dikerjakan oleh pihak ketiga.
Livio mencontohkan, Honda tidak bisa memakai sok depan buatan pabrikan untuk dipasang di MotoGP agar motor mencapai performa yang diinginkan dan nyaman dikendarai.”Karena itu, kami menunjuk pihak ketiga seperti Ohlins,” ujar Livio dikutip dari USA Today.
Biasanya, konsumen termasuk Honda harus mengeluarkan budget sekitar USD 3 ribu (Rp 42 juta) hingga USD 15 ribu (Rp 214 juta) untuk membuat sok depan sesuai spesifikasi yang diinginkan tim. Livio menjelaskan, harga motor massal seperti CBR 1000 RR lebih murah dibanding MotoGP. Sebab, suku cadang motor tersebut diproduksi oleh pabrikan.
“Sedangkan, pada motor MotoGP Anda harus membuat parts satu per satu. Itulah sebabnya, mengapa harganya mahal.” Perlu diketahui, harga motor produksi massal seperti CBR 1000 RR adalah Rp 575 juta sedangkan MotoGP harganya mencapai 10 digit.
Mesin menjadi bagian paling mahal. Laporan menyebut, satu bongkahan mesin Honda nilainya mencapai USD 220 ribu. Bila dikurs ke mata uang rupiah mencapai 3,148 miliar. “Biaya untuk Mesin memang paling mahal diantara lainnya,” lanjut Livio. Biaya membuat mesin setiap tim berbeda-beda. Tim Valentino Rossi, Yamaha Racing team disebut-sebut ‘cuma’ mengeluarkan USD 100 ribu atau Rp 1,4 Miliar.(*)