Kamis, November 14, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Busran, Penjual Aksesoris Belakang Kampus IAIN Raden Intan Lampung

Kakek Busran, penjual aksesoris di belakang kampus IAIN Raden Intan Lampung. | Deka Wulandari/Jejamo.com
Kakek Busran, penjual aksesoris di belakang kampus IAIN Raden Intan Lampung. | Deka Wulandari/Jejamo.com

Jejamo.com, Bandar Lampung – Cuaca mendung seperti hendak turun Hujan. Seorang pria tua duduk di atas kursi plastik berwarna hijau dengan sepeda ontel tua setianya.

Pria bernama Busran ini memang sering berjualan di belakang kampus IAIN Raden Intan Lampung. Ia menjajakan jepitan rambut, bando, gelang, dan aksesoris lainnya.

Busran memegang caping kecokelatan dengan lengkungan hijau di bawahnya. Ia mengenakan baju biru dengan motif batik-batik. Sepatu kets terlihat usang. Dulunya, sepatu itu berwarna hitam. Kini  menyerupai warna abu-abu dan sedikit ada lubang kecil di atasnya.

Tak hentinya pria ini menyuguhkan senyuman kepada setiap mahasiswi yang lewat di depannya dan menawarkan barang dagangannya. Pria ini mengayuh sepeda untuk menjajakan barang dagangannya.

Dari pagi hingga sore hari. Untuk berjualan aksesoris ini, Busron punya jadwal sendiri. Senin hingga Rabu di belakang IAIN. Kamis sampai Jumat di SD Tirtayasa. Sisanya dia habiskan untuk berkeliling perumahan.

Untuk setiap barang dagangan, Busron mematok harga Rp1.000 hingga Rp15 ribu. Sebelum berangakat, Busron sudah membanderol harganya dengan rapi.

Pria kelahirann 70 tahun silam ini adalah perantau yang dulunya tinggal di Jawa. Sejak merantau sekitar tahun 1956, pria ini hampir tidak pernah pulang ke kampung halaman.

“Saya pulang sekitar sepuluh tahun silam,” kata Busron sambil tersenyum kepada jejamo.com beberapa waktu yang lalu.

Ditinggal istri sekitar tahun 1996, Busron hidup sendirian. Anak yang seharusnya merawat pria ini pun tak pernah mengunjungi.

“Enggak apa-apa anak lupa tidak pernah berkunjung, yang penting kita udah sekolahin, udah diajarin ngaji,” ujar pria ini.

Busron menyewa sebuah kamar ada di Jalan Karimun Jawa, Sukarame, Bandar Lampung. Dengan penghasilan Rp30 ribu-Rp35 ribu per hari, ia harus pintar-pintar mengalokasikan. Untuk bayar kost, listrik, modal berjualan, dan makan sehari-hari.

Begitulan kehidupan pria ini setiap hari. Dihabiskan sisa umurnya untuk mengayuh sepeda dan berkeliling menjajakan barang dagangan.(*)

Laporan Deka Wulandari, Kontributor Jejamo.com

Populer Minggu Ini