Jejamo.com – Tahun 2016 tampaknya masih akan menjadi tahun yang berat bagi industri sawit nasional. Alasanya, karena harga komoditas perkebunan itu dinilai bakal terus tertekan karena anjloknya harga minyak dunia.
Hal ini diungkapkan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) yang menyebut industri sawit masih akan menghadapi tantangan berat tahun ini.”Tantangan itu terutama dari segi harga,” ujar Ketua Umum DMSI Derom Bangun. Seperti dikutip Tempo.co, Minggu, 3/2/2016.
Derom menjelaskan bahwa harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil / CPO) tahun ini tak akan lebih dari US$ 650 per metrik ton. Penyebabnya adalah harga minyak dunia yang terus merosot. “Harga minyak bumi sekarang kecenderungannya sudah di bawah US$ 35 per barel, maka harga bahan bakar lain akan ikut merosot,” paparnya.
Turunnya harga minyak bumi ini menurut Derom, akan membuat negara maju mengurangi konsumsi biofuelnya. Akibatnya, produksi minyak nabati, termasuk yang berasal dari sawit, rapeseed, biji bunga matahari hingga kedelai hanya akan terserap untuk kebutuhan pangan saja. Turunnya permintaan inilah yang diprediksi bakal menekan harga.
Namun Derom masih optimis jika industri minyak sawit nasional akan tetap bertahan. Terutama karena program pencampuran biodiesel hingga 20 persen (B20) akan mulai dijalankan tahun depan. “Karena itu, pemerintah harus konsisten menerapkan program ini,” katanya.
Sementara itu, Joko Supriyono selaku Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengatakan, cuaca ekstrem karena gejala alam el-nino tahun 2015 lalu juga diprediksi bakal berpengaruh pada menurunnya jumlah panen tahun ini. “Akibatnya, produksi CPO kemungkinan akan turun sekitar 500 ribu ton,” ujarnya.(*)
Tempo.co