Jejamo.com, Metro – Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kota Metro Yerri Noer Kartiko mengatakan, laju pertumbuhan Kota Metro yang cukup pesat, berdampak terhadap semakin berkurangnya lahan pertanian setempat.
“Di Kota Metro peralihan fungsi lahan sudah cukup banyak, baik berupa peralihan menjadi kawasan perumahan, industri, perdagangan dan lainnya,” ujar Yerri kepada jejamo.com, Rabu, 6/1/2016.
Menurutnya, dampak yang paling mengancam bila peralihan fungsi lahan pertanian semakin tidak terkendali adalah, sisi ketahanan atau kedaulatan pangan. Ketersediaan pangan pastinya menipis, karena semakin berkurangnya lahan yang dapat dimanfaatkan untuk menanam tanaman produksi sebagai pemenuh kebutuhan pangan masyarakat.
Yerri menjelaskan, meski peralihan fungsi lahan merupakan sebuah konsekuensi logis dari kemajuan pembangunan kota, namun fenomena peralihan fungsi lahan tetap harus dikendalikan dengan berdasarkan pada berbagai macam pertimbangan teknis dan non-teknis.
“Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengendalikan peralihan fungsi lahan yakni pendekatan administrasi, hukum dan peraturan yang terkait dengan alih fungsi lahan,” jelasnya
Lanjutnya, pendekatan teknologi juga perlu diterapkan di tengah maraknya alih fungsi lahan pertanian. Pemanfaatan teknologi tersebut seperti dengan sistem pertanian hidroponik, aquaponik. Sistem ini bisa memanfaatkan halaman atau pekarangan untuk lahan pertanian.
Selain itu, juga perlu pendekatan sosial dan ekonomi, yaitu berupa pemberian penghargaan dan insentif kepada para pemilik lahan yang berhasil mempertahankan tanahnya, tanpa mengalihfungsikan.
“Peralihan fungsi lahan bukan sesuatu yang dilarang atau diharamkan. Begitupun laju pembangunan di Kota Metro, namun harus tetap mengikuti prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan,” harap Yerri.(*)
Laporan Tyas Pambudi, Wartawan Jejamo.com