Jejamo.com, Bandar Lampung – Ditinggal istri dan anak lelakinya, Iwan kini hanya bisa pasrah. Setelah menitipkan anaknya kepada ibunya di kampung, ia lantas merantau ke Bandar Lampung. Lelaki ini pun mencoba peruntungannya dengan menjadi pedagang tekwan di Stadion Pahoman Bandar Lampung.
Iwan, warga Cirebon, Jawa Barat, memberanikan diri menitipkan anak perempuannya pada ibunya yang sudah tua di kampung demi mencari rezeki halal di Bandar Lampung. Sebelum ke Kota Tapis Berseri ini, Iwan lebih dulu singgah ke rumah saudaranya di Padang Cermin, Pesawaran.
Delapan tahun sudah istrinya meninggalkannya. Keinginan sang istri untuk bekerja menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri tak direstui Iwan. Kesal keinginannya tak dipenuhi, sang istri pun pergi meninggalkan rumah, membawa anak lelakinya yang masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Iwan sendiri memiliki alasan tertentu melarang istrinya menjadi TKW. Anak-anaknya yang masih kecil membuat Iwan tak tega jika sang istri harus bekerja di luar negeri.
“Buat apa cari kerja jauh-jauh di negara orang sampai ke luar negeri. Di tanah air saja masih bisa. Bisa nyuci, nggosok, dan jualan,” kata Iwan pada jejamo.com di Stadion Pahoman, Bandar Lampung, Sabtu, 9/1/2016.
Istri Iwan pergi dari rumah meninggalkan anak perempuannya yang kala itu masih berumur 3 tahun. Saat istrinya kabur dari rumah, ia mengaku tidak mengetahuinya.
“Posisi saya, saya lagi kerja jualan roti. Anak perempuan saya dititipkan ke ibu saya tanpa omongan ataupun surat,” ujar pria berusia 40 tahun ini lirih.
Karena delapan tahun istrinya tidak pulang dan tidak memberi kabar, akhirnya rumah yang mereka tempati dijualnya. Uang hasil penjualan rumah pun dibaginya menjadi dua. Sebagian diberikan kepada mertuanya, sebagian lagi diberikan kepada ibunya untuk biaya kebutuhan anak perempuannya.
Susahnya mencari kerja di Cirebon dan bolak-balik ditegur orang tua untuk menikah lagi, Iwan pun memberanikan diri merantau ke Bandar Lampung. Tempat pertama yang didatanginya adalah Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.
Di sana Iwan berkebun. Sebulan berkebun, ia pun merasa jenuh lalu pergi ke Bandar Lampung dan berjualan tekwan. Di kota ini ia tinggal di Gotong Royong, tempat atasannya.
Hanya 15 hari Iwan berjualan tekwan. Dengan sistem bagi hasil, ia digaji.
“Misalnya, per hari dapat Rp300 ribu. Keuntungan itu dibagi menjadi tiga: Rp100 ribu buat nambahin modal usaha, Rp100 ribu dikasih ke bos, dan Rp100 ribu buat saya,” tutur Iwan.
Iwan mendengar kabar terakhir bahwa istrinya kini sudah menikah lagi di Ciamis. Namun, hingga kini dia belum tahu kabar anak lelakinya.
Diakuinya, ia begitu kangen pada anak-anaknya, terutama anak lelakinya. Namun, ia hanya bisa pasrah.
“Semua sudah suratan takdir. Mau disesali juga tidak akan mengembalikan semua yang sudah terjadi,” katanya sedih.
“Saya berharap kelak anak-anak saya tidak bernasib seperti saya dan bisa menjadi sukses,” tutupnya seraya mengamini doanya.(*)
Laporan Widyaningrum, Wartawan Jejamo.com