Jejamo.com – Tutupnya dua raksasa elektronik Jepang di Indonesia yaitu, Panasonic dan Toshiba dinilai telah menyebakan PHK bagi 2500 orang karyawannya. Jumlah tersebut berasal dari tiga pabrik besar yang kini sudah tak beroperasi lagi.
Gelombang PHK pada industri manufaktur ini kemudian disusul gelombang PHK yang terjadi di industri minyak dan gas. Namun pemerintah malah mengaku bahwa sampai saat ini belum mengetahui berita penutupan pabrik Panasonic dan Toshiba.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution saat ditemui dikantornya belum bersedia membeberkan data PHK yang menimpa beberapa industri tersebut. “Saya belum tahu datanya, nanti saya tanya dulu,” ujarnya di Jakarta, Selasa, 2/2/2016. Seperti dikutip dari Liputan6.com.
Hal serupa juga dikatakan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri yang enggan mengomentarinya. “Nanti dulu, satu-satu,” katanya.
Sementara itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengaku belum memperoleh informasi mengenai penutupan pabrik Panasonic dan Toshiba. “Saya belum dapat info itu,” ujarnya.
Franky menegaskan bahwa belum ada perusahaan yang bakal hengkang dari Indonesia. Pemerintah, sambungnya akan terus berupaya memperbaiki iklim investasi dengan berbagai kebijakan yang memudahkan investor menanamkan modalnya di Tanah Air.
“Belum ada. Pokoknya kita terus mengundang investor, memperbaiki iklim usaha, merevisi Daftar Negatif Investasi, izin 3 jam, PTSP, insentif tax allowance dan tax holiday,” kata Franky.
Sebelumnya, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja (KSPI), Said Iqbal memaparkan, Toshiba telah menutup pabrik televisi di Kawasan Industri Cikarang, Jawa Barat. “Yang tutup ini adalah pabrik televisi Toshiba terbesar di Indonesia, selain di Jepang. Karyawan yang di PHK lebih dari 900 orang,” ujarnya di Jakarta, Selasa, 2/1/2016.
Perusahaan lainnya, kata Said yang ikut menutup usahanya adalah Panasonic lighting. Sebanyak dua pabriknya resmi ditutup, seperti Panasonic Lighting Indonesia (PLI) di Pasuruan, Jawa Timur di awal Januari ini, dan satu pabrik lainnya di Kawasan Industri Bekasi pada Februari 2016.
“Pabrik di Pasuruan mempekerjakan lebih dari 600 orang dan sudah di PHK. Sedangkan pabrik yang di Bekasi PHK hampir 1.000 lebih karyawan,” kata Said.
Dengan demikian, Said menyebut, total karyawan atau buruh yang terkena PHK lebih dari 2.500 orang. “Ini jadi sinyal negatif bagi investasi di Indonesia,” jelasnya.(*)
Liputan6.com