Jejamo.com – Gerhana matahari total yang kaan terjadi 9 Maret 2016 nanti pernah menyapa kota Palembang 28 tahun silam. Ibu Kota Sumatera Selatan itu kini tengah bersiap menyambut kedatangan gerhana itu dengan sejumlah persiapan.
Gerhana yang terjadi 18 Maret 1988 di Palembang wantu itu mencapai puncaknya pada pukul 07.29 WIB. Kemeriahan yang terjadi pada 1988 itu ada di Jembatan Ampera tempat berkumpulnya turis dan masyarakat lokal. Sedangkan para astronom berkumpul di Lapangan Golf Kenten.
Banyak turis memilih menyaksikan gerhana di Palembang karena ia tergolong kota besar dan mudah dijangkau dari Jakarta. Waktu itu setidaknya ada 1.200 wisatawan mancanegara datang ke Palembang, mayoritas berasal dari Jepang.
Waktu itu banyak warga yang masih percaya mitos gerhana seperti yang terjadi di kawasan Tangga Buntung. Daerah itu berubah seperti kota mati karena warganya masih beranggapan gerhana bisa membutakan mata seperti gencar dikampanyekan pada 1983. Bahkan tak satupun boleh bicara selama gerhana total.
Ada juga cerita seorang warga 16 Ulu yang sembunyi di kolong tempat tidur. Perempuan hamil itu takut kulit bayinya belang jika terkena sinar gerhana.
Untuk mencegah kesalahpahaman itu terjadi lagi, Pemprov Sumatera Selatan telah melakukan sejumlah persiapan. Pemprov kini juga bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) buat mengadakan tur edukasi gerhana.
Tahun ini, lokasi utama untuk menonton gerhana masih akan dipusatkan di Jembatan Ampera. Ada juga rekomendasi tempat lain, yakni Plaza Benteng Kuto Besak di tepi Sungai Musi yang tak jauh dari Jembatan Ampera.
Pemerintah setempat juga sudah menyiapkan berbagai acara buat meramaikan momen langka ini. Ada acara festival foto internasional, glowing night run, atraksi budaya, pertunjukan barongsai, dan pelepasan lampion.(*)
Tempo.co