Rabu, Desember 18, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Acara Wisuda Abal- Abal Digerebek, Mahasiswa Tak Jadi Dapat Ijasah

wisuda Abal2
Acara Wisuda Abal-Abal di Tanggerang Selatan | Tempo.co

Jakarta, Jejamo.com – Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi membongkar praktek wisuda abal-abal yang digelar Yayasan Aldian Nusantara. Yayasan ini seolah-olah telah membuka kelas jarak jauh untuk mengisi materi pada mahasiswanya, padahal tidak ada kelas sama sekali.

 

Ketua Tim Evaluasi Kinerja Akademik Perguruan Tinggi Supriadi Rustad mengatakan, acara wisuda tak jelas ini terbongkar karena adanya laporan masyarakat kepada Tim Evaluasi. “Setelah ditelusuri, ternyata tidak ada pembelajaran. Jadi seperti jual-beli ijazah saja,” kata Supriadi, Seperti dikutip dari halaman Tempo.co, Senin, 21/9/2015.

 

Penggerebekan yang dilaksanankan pada minggu lalu tersebut menurut Supriadi, terjadi di gedung Universitas Terbuka, Tangerang Selatan. Awalnya, acara wisuda akan diikuti dari perguruan tinggi di bawah yayasan tersebut, yakni 295 orang dari Sekolah Tinggi Teknologi Telematika, Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Tangerang 150 orang, serta Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Suluh Bangsa 293 orang. Totalnya, 738 peserta. Namun, pada hari wisuda jumlah peserta membengkak menjadi 978.

 

Berdasarkan penelusuran Tim, selain di Pulau Jawa, Yayasan Aldiana membuka kelas jarak jauh di Sulawesi Selatan, Papua, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Namun tak ada proses belajar-mengajar yang dilakukan. Sedangkan untuk mengikuti wisuda, peserta kelas mesti datang ke Jakarta dan membayar Rp 15 juta.

 

Supriadi menuturkan, Tim Evalusi telah memanggil Ketua Yayasan Aldiana Nusantara Alimudin Al Murtala. Saat diperiksa, Alimudin ahirnya mengakui wisuda tersebut ilegal, meski awalnya ia membantah.

 

Menurut Supriadi, Alimudin juga telah membuat surat penyataan yang isinya tidak akan memberikan ijazah kepada peserta wisuda. Ia pun bersedia mengembalikan seluruh biaya yang dikeluarkan peserta.

 

“Mahasiswa ini korban meski mereka bukan mahasiswa beneran. Mereka mahasiswa abal-abal tapi dirugikan secara finansial,” terang Supriadi.(*)

 

Populer Minggu Ini