Jejamo.com – Nilai tukar dolar Amerika Serikat hari ini Rabu, 10/2/2016, dibuka melemah terhadap banyak mata uang negara lain, termasuk rupiah. Hingga siang ini, dolar AS terus melemah hingga ke kisaran Rp 13.415 padahal saat ditutup kemarin sore nilainya masih di Rp 13.611.
Analis Budi Hikmat, Chief Economist and Director for Investor Relation Bahana TCW Investment Management mengatakan, pelemahan ini merupakan reaksi atas kontraksi ekonomi di AS. Penurunan yield obligasi di Negara Paman Sam juga membuat dana investor pindah ke negara-negara lain yang dianggap lebih menguntungkan.
“Rupiah itu kuat, kalau pun dia melemah itu karena dolarnya yang menguat, bukan karena ekonomi kita sedang jelek. Kebetulan di AS ekonomi lagi tak bagus, dan yield obigasi juga banyak yang diturunkan, akhirnya dolar keluar ke negara-negara yang lebih menguntungkan,” kata Budi, seperti dikuti dari detikFinance, Rabu, 10/2/2016.
Menurut Budi, angka penjualan sejumlah perusahaan AS mengalami penurunan drastis dalam beberapa waktu terakhir. Hal ini mendorong permintaan terhadap dolar AS semakin menurun.
“Coba lihat perusahaan-perusahaan tekhnologi AS semakin lagi nggak bagus penjualannya dari tahun-tahun lalu sekarang. Lihat saja penjualan kaya Microsoft yang lagi jelek-jeleknya. Ini jadi kekhawatiran yang dorong orang pindahkan dananya ke luar AS,” tuturnya.
Namun Budi menilai kondisi ini tidak akan berlangsung lama. Jika ekonomi AS membaik, dolar akan kembali menguat, karena ini juga yang terjadi pada mata uang negara lain terhadap dolar AS.
“Bukan cuma rupiah, mata uang negara lain juga sama. Artinya yang melemah itu ekonomi di AS, kita stabil. Kalau nanti dolar AS naik lagi juga bukan berarti ekonomi kita jelek. Ini hanya pengaruh short time,” ujar Budi.(*)
Detikfinance.com