Kamis, November 14, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Akih Sunaryo Pembudidaya Domba Garut dari Lampung Timur

Akih Sunaryo
Akih Sunaryo, pembudidaya domba garut yang berasal dari Desa Tanjung Intan, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur. | Wahyu Jejamo.com

Jejamo.com, Lampung Timur – Domba Garut terkenal sebagai domba yang agresif dan kerap digunakan sebagai hewan aduan di tempat asalnya. Namun siapa sangka, domba ini kini sudah dikembangbiakkan di Lampung Timur.

Adalah Akih Sunaryo, sosok PNS yang kini telah sukses mengembang biakkan domba aduan khas Kabupaten Garut, Jawa Barat tersebut di rumahnya, di Desa Tanjung Intan, Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur.

Kepada Jejamo.com, Rabu, 10/2/2016, ia mengatakan saat ini dihalaman belakang rumahnya, ada sekitar 30 kandang berukuran 1×2 meter persegi, setiap kandangnya berisi satu ekor domba garut.

“Setiap satu kandang sengaja diisi 1 ekor domba, karena domba garut ini bersifat agresif. Domba garut sendiri merupakan domba persilangan dari tiga jenis domba yakni domba ekor gemuk asal jawa asli indonesia, domba merino australia dan domba kaapstad dari afrika,” terangnya.

Pria berusia 48 tahun itu juga mengatakan, bahwa beternak domba garut sangat menguntungkan karena sekmentasinya pasarnya sangat luas. “Yakni, untuk memenuhi kebutuhan hewan qurban, aqiqah, konsumsi harian seperti untuk restoran, warung sate, rumah tangga hingga para kolektor dan penghobi domba garut,” paparnya.

Domba jenis ini kini banyak dibudidayakan bukan hanya sebatas domba aduan. Karena, dagingnya memiliki keunggulan dan tingkat gizi yang cukup tinggi dibanding domba lainnya terutama rasa dan baunya yang tak menyengat.

Menurut Sunaryo, bila dilihat secara langsung domba garut memiliki variasi warna, putih, coklat dan hitam serta telinga pendek tidak seperti domba pada umumnya. Selain itu, pada bagian tanduknya juga tidak kalah menarik, yakni, tanduk pejantannya dapat tumbuh dan bercorak sehingga memiliki daya jual berkisar puluhan juta rupiah perekornya.

“Tiap satu tahun domba garut bisa melahirkan hingga dua kali, bobotnya pun diatas rata-rata domba lainya. Berat Pejantan dikisaran 60 hingga 80 kg sedangkan betina 30 sampai 50 kg untuk usia diatas dua tahun,” jelasnya.

Namun sayangnya menurut Sunaryo, peluang bisnis ini masih belum banyak dilirik warga Lamtim. Dinas terkait juga tampak enggan mengembangkan domba yang tergolong unggul ini. Populasi domba garut di Lamtim kini terus menurun. “Seharusnya dinas terkait memperhatikan terutama untuk pembibitannya,” ucapnya.

Laporan Wahyu, wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini