Jejamo.com, Tulangbawang Barat – Keberadaan pengrajin tikar kini semakin sulit ditemukan. Selain karena tersisih dengan keberadaan tikar pabrikan, tak banyak lagi pengrajin yang bersedia menjalani kerajinan tangan warisan nenek moyang ini.
Salah seorang pengrajin tikar Nurmala, warga Kampung Karta Raharja, Kecamatan Tulang Bawang Udik mengatakan banyak orang yang kini meninggalkan kegiatan pembuatan tikar. “Selain karena peminatnya berkurang, banyak orang kini sudah tak banyak lagi orang yang bisa membuatnya,” ujar Nurmala.
Ia juga menjelaskan bahwa ia mendapatkan keahlian membuat tikar ini dari orang tuanya. Menurutnya, pengrajin tikar yang digelutinya merupakan tikar khas suku Lampung.”Tapi sayang pemiatnya semakin dikit. Karena kalah dengan produk pabrikan,” ujarnya kepada Jejamo.com, Minggu, 21/2/2016.
Ada beberapa jenis tikar yang dibuat Nurmala. Pertama, yaitu tikar berwarna dengan kombinasi tiga warna merah, biru dan putih. Kedua, Tikar polos tanpa ada motif warna. Sedangkan yang ketiga, tikar lipat dengan konbinasi warna.
Sementara soal harga yang dipatok, Nurmala menjelaskan, tikar warna dipatok dengan harga Rp 30 ribu, tikar polos Rp 20 ribu dan tikar lipat berwarna Rp 50 ribu.
Laporan Buhairi dan Rengki, wartawan Jejamo.com