Jejamo.com, Lampung Tengah – Budidayaan ikan cupang kini mulai banyak dilirik dan dikembangkan oleh masyarakat Kabupaten Lampung Tengah. Selain mudahnya perawaatan dan minimnya biaya produksi, ikan jenis ini juga kian digemari penghobi.
Salah satunya adalah, Suparmin, warga Desa Totokaton, Kecamatan Punggur, Lamteng yang telah bergelut dengan usaha budidaya ikan cupang, khususnya jenis cupang aduan atau yang biasa disebut dengan cupang bagan sejak tahun 2005 silam.
Saat ditemui Jejamo.com, di kediamannya, Selasa, 1/3/2016. Suparmin tengah sibuk menyiapkan kolam pembesaran ikan cupang. Pria yang kerap disapa Parmin ini mengatakan, pasar ikan cupang adu kini terus meningkat. ikan hasil budidayanya kini banyak diminati pedagang pengecer dari berbagai daerah di Lampung seperti Bandar Lampung, Bandar jaya, Jepara bahkan hingga ke Tulang Bawang.
”Awalnya tertarik karena melihat nilai ekonomis yang didapat dari teman-teman yang sudah lebih dulu telah mengembangkan usaha ini. Nah dari situ saya mulai mencoba dan belajar membudidayakan ikan cupang sampai saat ini,” kata Parmin.
Pria kelahiran tahun 1972 itu juga mengatakan selain ikan cupang jenis bagan, ia juga mengembangkan budidaya ikan cupang jenis hias. “Untuk saat ini saya masih fokus budidaya ikan cupang aduan karena banyak peminatnya. Selain itu, permintaaanya juga tak pernah surut,” ucapnya.
Menurut Parmin, cupang bagan yang dikembangkannya biasa dijual dengan harga kisaran Rp 2.000 hingga 5.000 per ekornya tergantung dari jenis, ukuran, dan umurnya. Parmin mengaku ikan cupang adu sudah bisa dijual ketika berumur dua bulan.
Sementara untuk cupang adu atau cupang Bagan yang paling diminati adalah ikan cupang Bagan Medan. Hal itu karena cupang bagan dari Medan ini memiliki beberapa keunggulan dan juga sering menang saat diadu.
”Cupang bagan medan terkenal dengan kulit sisiknya yang keras dan sering juara kalau diadu. Makanya banyak yang minat,” tuturnya.
Sementara soal penghasilan, Parmin mengatakan dari jumlah sekitar 50 kolam yang dimilikinya ia dapat meraup untung hingga Rp 3 juta per bulannya. Para pedagang pengecer dari berbagai daerah biasanya datang sendiri ke rumahnya untuk membeli cupang aduan miliknya.
”Hasilnya cukuplah untuk kebutuhan, untuk nambah-nambah kebutuhan keluarga,” tuturnya.
Hal senada juga diungkapkan Saiful Amin, pembudidaya cupang hias lainnya di Totokaton. Menurut Saiful, budidaya ikan cupang sangat menguntungkan karena ongkos prosuksinya sangat rendah. “Terutama karena pakan yang dibutuhkan sangat sedikit jika dibandingkan dengan budidaya ikan konsumsi. Sedangkan nilai jualnya terus meningkat dan peminatnya juga tak pernah sepi,” ujarnya.
Saiful bahkan mengaku dalam sebulan omzet penjualan cupang hiasnya dapat mencapai Rp 10 juta. Jumlah itu didapat dari penjualan pengecer dan penjualan secara online. beberapa jenis cupang hias yang ia jual diantaranya cupang Plakat, Halfmoon dan Serit.
Saiful juga mengembangkan beberapa jenis cupang jenis baru seperti Fancy dan Cupang Koi yang kini punya nilai jual tinggi di pasar online. Bahkan untuk kedua jenis ini, harganya dapat mencapai Rp 50 ribu hingga 200 ribu per ekor.(*)
Laporan Wahyu, wartawan Jejamo.com