Senin, Desember 16, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Saiful Amin, Pembudidaya Cupang Totokaton yang Go Internasional

Sayful Amin
Sayful Amin, pembudidaya ikan cupang asal Desa Totokaton, Kecamatan Punggur, Lamteng kini mampu menjual ikan cupang hias hingga mancanegara. | Wahyu/Jejamo.com

Jejamo.com, Lampung Tengah – Hanya berawal keisengan dan modal yang sangat terbatas,  Syaiful Amin, warga Desa Totokaton, Punggur, Lamteng kini sukses menjadi pembudidaya cupang hias dengan omzet usaha hingga Rp10 juta per bulan.

Syaiful mengaku mulai membudidayakan ikan cupang sejak tahun 2003 silam. Kini, namanya sudah dikenal banyak orang diberbagai wilayah Lampung hingga provinsi lain.

Pria kelahiran tahun 1974 yang kini telah memiliki tiga orang anak ini, sudah malang melintang di dunia percupangan. Pahit manis usaha budidaya cupang sudah ia rasakan. Kepada jejamo.com, Selasa, 1/3/2016, Syaiful mengatakan, menjual cupang dari pedagang pengecer lokalan hingga mengekspor ke negri tetangga seperti Malaysia dan Singapura sudah pernah ia jalani.

Namun seperti usaha lain, pahitnya kegagalan seperti ikan yang tereserang penyakit atau uang yang dibawa lari rekan bisnis juga sudah pernah ia rasakan. Namun dari semua pengalaman itulah, usaha yang kini digelutinya dapat menuai kesuksesan.

Sayiful Amin yang kini fokus pada pembudidayaan cupang hias saat ini memiliki 120 kolam berbagai ukuran, ribuan aquarium dan omzet usaha yang cukup besar.”Untuk saat ini penjualan lokal dan online dapat mencapai Rp 10 juta perbulannya,” ucapnya.

Bersama sejumlah warga Totokaton lainnya, Syaiful kini mengembangkan cupang hias yang banyak diminati.”Ikan cupang itu nilai jualnya cukup tinggi sedangkan ongkos produksinya sangat rendah. Permintaannya juga terus meningkat, tak pernah surut,” kata Syaiful.

Ketika disinggung soal pemasarannya, ia mengaku saat ini pemasaran ikan cupang dijual ke pedagang pengecer lokal seperti dari Bandar Jaya, Bandar Lampung dan Lampung Timur, Sementara untuk luar daerah, pesanan banyak datang dari Palembang, Bengkulu dan Riau. Sebagian besar pembeli adalah pedagang pengecer yang menjual kembali cupang didaerah masing-masing.

”Harga untuk dijual lokal berkisar antara Rp 1.500 sampai 5.000 per ekornya. Tapi kalau untuk yang kita jual secara online kisaran harga Rp 50 ribu hingga 200 ribu per ekornya. Sedangkan kalau keluar negri biasanya dengan harga $ 20 sampai 35 Dolar US,” tuturnya.

Syaiful mengaku saat ini ia terus belajar untuk mengekspor cupang ke mancanegara karena nilai ekonomisnya yang sangat tinggi. Penjualan ke mancanegara dilakukan secara online dengan memanfaatkan grub jual beli ikan cupang yang ada.

“Sayangnya saya masih punya kendala terutama soal bahasa. Karena dari berbagai bangsa jadi bahanya agak susah. Apalagi pembeli yang tak bisa bahasa Inggris, akan semakin sulit,” paparnya.

Pembeli mancanegara menurut Syaiful menuntut jenis ikan yang sangat spesifik. Maka perawatannya juga cukup rumit. Namun ia mengaku bersukur, melalui hubungan dengan rekan sesama pengekspor ikan ia mendapat banyak pengetahuan tentang tatacara ekspor, pengemasan dan perlakuan untuk ikan yang akan di kirim ke luar negri.

Ia juga telah belajar banyak tentang cara promosi yang baik agar ikan cupang miliknya lebih diminati konsumen mancanegara.”Sekarang tinggal fokus untuk meningkatkan kualitas dan memperluas jaringan pemasaran di luar negri,” katanya.

Untuk kedepan, Syaiful mengaku akan fokus mengejar pasar manca selain memenuhi permintaan cupang untuk pasar lokal. Pasar luar negri menurutnya menjanjikan keuntungan yang besar seiring makin luasnya permintaan dan kemudahan bertransaksi secara online saat ini.(*)

 

Laporan Wahyu, wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini