Jejamo.com – Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, menggelar pesta ulang tahun ke-92 besama keluarga serta anggota partainya pekan lalu. Kegiatan hura-hura itu menghabiskan anggaran sebesar USD 800 ribu (setara Rp 10,7 miliar).
Dalam pesta itu, Mugabe siap memimpin Zimbabwe sepanjang dia mampu. Pesta ini melepas 92 balon ke udara, melambangkan usia diktator, serta dimeriahkan oleh pembacaan puisi serta pentas nyanyian yang liriknya memuji Mugabe sebagai sosok visioner di Benua Afrika.
Tindakan Mugabe mengundang kritik kelompok oposisi serta warga miskin Zimbabwe. Lokasi penyelenggaraan pesta ultah ini, Distrik Masvingo, adalah lokasi yang paling parah terlanda kekeringan sepanjang 2015. Hasilnya 75 persen sawah gagal panen. Kawasan Masvingo juga menjadi lokasi dengan jumlah penderita busung lapar terbanyak di Zimbabwe.
Acuh pada situasi itu, Mugabe dan istrinya asik makan kue tart raksasa yang khusus dihadirkan untuk santapan tamu undangan. Dia tak menyinggung soal kelaparan di Masvingo saat berpidato. Sebaliknya, Mugabe mengkritik isu LGBT dan bantuan asing dalam sambutannya. “Jika donor asing membantu negara kita dengan syarat melegalkan pernikahan sejenis, maka sebaiknya kita tolak bantuan itu,” kata Mugabe dikutip dari merdeka.com.
Zimbabwe sampai sekarang belum pulih benar dari persoalan hiperinflasi pada 2008. Saat krisis terparah melanda, mata uang di selatan Afrika itu sontak tak berharga lagi. Dilaporkan 35 ribu triliun Dolar Zimbabwe cuma bisa dipakai membeli sepotong roti. Sekarang mata uang di negara itu adalah Dollar Amerika.
“Anggaran gila-gilaan dari pesta presiden kemarin bisa dipakai untuk mengimpor gandum, sehingga rakyat di Masvingo tidak perlu mengalami kelaparan,” kata Obert Gutu, juru bicara Gerakan Oposisi Perubahan Demokratik (MDC). Kelompok MDC sejak lima tahun terakhir dikebiri hak politiknya oleh Mugabe, supaya tak bisa menang pemilu.
Mugabe sudah berkuasa di Zimbabwe selama 36 tahun. Selama berkuasa, Mugabe dituduh melakukan kecurangan pemilu, pengusiran warga dan melanggar HAM serta bertanggungjawab atas penurunan ekonomi di negaranya.(*)