Jejamo.com, Lampung Timur – Para pengguna telepon seluler patut berhati-hati dalam merespons penipuan. Pasalnya, saat ini para penipu memiliki berbagai trik dalam melancarkan aksinya.
Salah satu aksi penipuan dengan menggunakan mudus baru dialami Deni Sumito, warga Desa Way Mili, Gunung Pelindung, Lampung Timur.
Kepada jejamo.com, Rabu, 9/3/2016, Deni mengatakan, dirinya hampir tertipu oleh aksi penipuan via telepon seluler.
“Dia telepon. Saya tanya, ini siapa? Santai dia mengatakan, enggak disimpen nomor saya? Masak lupa? Saya jawab tidak ingat. Dia kembali meminta saya untuk menebak-nebak. Setelah saya sebut beberapa nama teman, dia menjawab salah satu dari yang saya sebut. Kebetulan waktu itu dia ngaku Edi,” paparnya.
Setelah merasa sang korban percaya, penipu memulai aksi dengan mengarang sebuah alur cerita untuk dapat menipu korbannya. Namun, sebelum memulai cerita tersebut, ia berpesan kepada korban untuk merahasiakan.
“Waktu itu dia mengatakan menemukan sebuah tas di sebuah terminal. Di dalam tas tersebut berisi uang tunai Rp10,5 juta, Â 2 buah BlackBerry, emas 25 gram berupa kalung dan gelang, serta dua buah foto momen pengantin,” katanya.
“Ia meminta agar saya dapat membantunya. Karena saat ia hendak membawa tas tersebut ada beberapa orang yang menurutnya sebagai tukang ojek tidak membolehkannya membawa tas yang ditemukannya itu.”
“Gini Mas, posisi saya di terminal, tas ini sekarang ditahan 4 tukang ojek. Saya tidak bisa membawanya pulang. Bisa minta tolong gak mas? Nanti kamu ngomong (bicara) sama mereka bahwa kamu itu saudara saya. Dan tas itu adalah tas istri kamu yang tertinggal. Nanti kamu kalau ditanya isinya sebutin aja tadi yang saya bilang isi-isinya. Setelah itu nanti kita bagi dua mas apa yang ada di tas ini,” ujar sang penipu kepada korbannya.
Setelah sang korban mengikuti apa keinginannya, ia langsung memberikan telepon tersebut kepada temannya yang disebut sebagai tukang ojek untuk menjelaskan isi tas itu. Dan setelah itu, sang tukang ojek yang juga merupakan anggota penipu tersebut meminta kepada korban agar memberikan imbalan kepada mereka dan rekan-rekannya.
“Mereka minta imbalan dari isi tas itu. Saya bilang aja nanti saya coba rembukan dulu sama saudara saya (Edi). Setelah itu mereka kasihkan lagi HP ke Edi. Dan saya bilang ke Edi, bawa saja tasnya tinggalin uang rokok buat tukang ojek itu. Edi pun mengatakan kalau bisa jangan sampai ambil isi tas itu. Dia mengatakan ada Rp200 ribu. Tapi tukang ojek itu merasa kurang dengan uang itu. Akhirnya telepon diberikan kembali kepada tukang ojek dan mereka meminta saya agar mengirim pulsa kepada tukang ojek sebagai imbalan tambahan,” jelasnya.
Menurut Deni, ia tidak sampai mengirimkan pulsa itu karena merasa aneh dengan alur cerita itu.
“Saya aneh saat mereka minta pulsa. Edi juga berupaya meyakinkan segera dikirim pulsanya agar ia dapat membawa tas itu. Untungnya saya tidak mengikuti apa kemauan mengirimkan pulsa itu. Saya bilang tidak bisa mengirimi pulsa karena jauh dari konter. Kemudian saya tutup telepon,” pungkasnya.(*)
Laporan Wahyu, Wartawan Jejamo.com