Minggu, November 10, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Amril Yusam Legenda Taekwondo Lampung

Master Taekwondo Lampung, Amril Yusam (tengah) saat meraih emas PON Xll 1989 di Jakarta. |Ist
Master Taekwondo Lampung, Amril Yusam (tengah) saat meraih emas PON Xll 1989 di Jakarta. |Ist

Jejamo.com, Bandar Lampung – Ketua Umum Pengprov Taekwondo Indonesia (TI) Lampung Amril Yusam merupakan salah satu atlet taekwondo kebanggaan Lampung pada 1980-an. Ia sering  mewakili Bumi Ruwa Jurai dan Indonesia di banyak event.

Amril Yusam mengatakan, dirinya mulai menekuni taekwondo sewaktu duduk di bangku SMA sekitar 1980-an. Pada era tersebut, taekwondo merupakan olahraga  populer di dunia dan tekniknya juga terbilang unik, seperti bermain kaki di udara, bantingan, dan lompat terbang

“Kebanyakan beladiri itu memakai tangan, sedangkan taekwondo memakai kaki. Saya memutuskan berkecimpung di taekwondo dengan mendatangi  perguruan atau klub di Kota Metro,” kata Amril saat diwawancarai jejamo.com di Sekretariat Pengprov TI Lampung, Minggu 13/3/2016.

Amril menjelaskan, dia menjadi angkatan pertama yang bergabung ke perguruan taekwondo di Kota Metro dan dibina pelatih dari Jakarta serta diwajibkan mengembangkan di Bumi Ruwa Jurai.

Kemudian ia diberi latihan khusus selama tiga bulan dengan jadwal latihan enam kali dalam satu minggu. “Sekali berlatih membutuhkan waktu enam jam, baik pagi sore maupun malam. Dan itu sama saja dengan menjalani latihan umum selama satu tahun,” ungkapnya.

Lalu dia memutuskan hijrah dari Metro ke Bandar Lampung untuk melaporkan ke KONI agar olahraga taekwondo masuk sebagai cabang olahraga yang diperlombakan. Namun, berdasarkan peraturan dari Pengurus Besar (PB) TI, taekwondo yang terbagi menjadi dua, WTF (Korsel) dan ITF (Kanada) harus bersatu.

“Setelah bersatu, taekwondo sepakat menggunakan teknik WTF dari Korsel untuk bergabung ke KONI,” ucapnya.

Setelah itu, pada 1984 dia menjadi pelatih sekaligus atlet untuk olahraga taekwondo dan mulai mempromosikan ke sekolah-sekolah di Kota Metro. “Alhamdulillah pelajar di sana antusias bergabung,” kata dia.

Meskipun memilih menekuni taekwondo, lanjut Amril, pada awalnya kedua orangtua tidak mendukung.

Berkat usaha dan kerja kerasnya mengukir prestasi, kedua orangtua memberi dukungan penuh dengan satu pesan: hati-hati.

“Dukungan kedua orang tua diberikan dengan memberikan fasilitas latihan, baju, makanan bergizi serta selalu mengingatkan untuk latihan. Insya allah dengan dukungan dan peran keluarga, lebih mudah menorehkan prestasi,” ucapnya.(*)

Laporan Arif Wiryatama, Wartawan Jejamo.com

Populer Minggu Ini