Jakarta, Jejamo.com – Ilmuwan dari The National Aeronautic and Space Administration (NASA) memperingatkan Indonesia bahwa kebakaran hutan dan lahan yang terjadi saat ini dapat menjadi yang terparah sepanjang sejarah.
Robert Field, ilmuwan dari Columbia University yang juga berbasis di NASA’s Goddard Institute for Space Studies mengatakan, kondisi di Singapura dan Sumatera bagian tenggara hampir mendekati kondisi tahun 1997 yang saat ini masih menjadi yang terparah. Sementara musim kemarau diperkirakan masih akan berlangsung lama di Indonesia akibat gejala alam El Nino.
“Jika ramalan musim kemarau akan bertahan tersebut benar, kebakaran hutan saat ini akan tercatat sebagai yang terburuk sepanjang sejarah,” tutur Robert, seperti dilansir Tempo.co, Minggu, 4/10/2015.
Banyak Ilmuan menilai kebakaran hutan dan lahan di Indonesia kali ini dinilai sebagai yang terburuk sepanjang sejarah. Mereka umumnya menjelaskan bahwa, musim kemarau yang berlangsung lebih lama daripada seharusnya menjadi penghambat dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan.
Akibat kebakaran ini, Malaysia, Singapura, dan wilayah lain yang terkena dampak telah mengalami penderitaan selama berminggu-minggu karena gangguan asap.
Krisis kebakaran hutan yang melanda Asia Tenggara hampir setiap tahun ketika musim kemarau berlangsung menimbulkan ketegangan diplomatik antarnegara di kawasan ini.
Bencana kebakaran hutan kali ini pun kemudian disebut sebagai salah satu yang terburuk dan terlama sepanjang sejarah karena El Nino membuat kondisi Indonesia lebih kering ketimbang biasanya.
Pemerintah Indonesia telah mengerahkan lebih dari 20 ribu tentara, polisi, serta personel lain ke Sumatera dan Kalimantan untuk memadamkan api kebakaran hutan. Sejumlah upaya pun dilakukan, seperti operasi menjatuhkan bom air ke area yang terbakar hingga melakukan rekayasa hujan buatan, sembari berharap musim hujan segera tiba.
Sejumlah tekanan dari negara tengga yang terkena dampak buruk asap banyak ditujukan ke Indonesia sejak masalah kebakaran hutan ini muncul pertama kali pada 20 tahun silam. Tahun ini, lebih dari 10 ribu orang di Singapura, Malaysia, dan Indonesia harus diberi perawatan medis akibat gangguan pernapasan.
Kebakaran hutan ini juga berkontribusi secara signifikan terhadap perubahan iklim. Berdasarkan data emisi kebakaran hutan global milik NASA, diperkirakan sekitar 600 juta ton gas rumah kaca dilepaskan sebagai hasil dari kebakaran hutan sepanjang 2015.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya didesak segera menetapkan peristiwa kabut asap di Sumatera dan Kalimantan sebagai bencana nasional. Ia pun angkat bicara mengenai desakan tersebut.
“Yang penting aksinya. Orang kita yang memadamkan berjumlah 4.000. TNI sudah diturunkan. Polisi dan petugas BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) juga banyak,” ucapnya.(*)