Jejamo.com, Bandar Lampung – Ikatan Pedagang Bandar Lampung (IPBL) yang berdiri sejak 9 Desember 2015 beranggotakan para pedagang yang selalu berpindah-pindah. Mereka biasanya berdagang sekitar pukul 15.00 WIB hingga sampai 18.30 WIB disejumlah daerah di Bandar Lampung.
Panzelan (57) warga Tanjung Baru, salah satu anggota IPBL menjelaskan, para anggota yang bedagang semuanya berasal dari pasar tradisional yang berada di Bandar Lampung. Setelah mereka selesai berdagang di pasar masing-masing, saat sore anggota ini kembali berdagang dilokasi yang sudah ditentukan.
“Kami sudah menentukan setiap sore harus bedagang dimana. Kalau hari Minggu kami dagang di Kota Baru, dan besok kami berjualan di Telukbetung dan sekitarnya,” ujar Panzelan yang berdagang sembako ini kepada jejamo.com, Minggu. 27/3/2016.
Menurutnya, di setiap daerah yang menjadi tempat para pedagang pasar sore hari, selalu berbeda-beda namanya.”Kalau di Jalan H. Said ini mereka menyebutnya Pasar Jangkrik, untuk di daerah Tanjunggading diberi nama pasar Rabu, karena jualannya pada hari Rabu, sedangkan di kawasan Telukbetung disebut Pasar Tempel. Warga menyebutnya macam-macam,” ucapnya.
Untuk sewa tempat, menurut Panzelan para pedagang tidak dimintai uang setoran oleh pihak mana pun. Pedagang hanya cukup membayar kebersihan saja kepada keamanan yang biasanya diakomodasi warga setempat.
“Kami hanya bayar uang kebersihan saja seribu rupiah untuk satu pedagang. Pedagang disini diperkirakan kurang lebih 40-an orang. Kalau untuk keuntungan yang didapat sangat relatif, sedangkan harga barang yang dijual tidak jauh dengan harga pasar,” tuturnya.(*)
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan jejamo.com
koreksi dikit min, salar bukan Rp.1000 tp yg benar Rp.3000 /orang