Jakarta, Jejamo.com – Indonesia berang. China sejak tahun lalu memasukkan sebagian perairan Natuna di Laut China Selatan ke dalam peta teritorialnya yang dikenal dengan sebutannine-dashed line, yakni garis demarkasi atau garis batas pemisah yang digunakan pemerintah Republik Rakyat China untuk mengklaim sebagian besar wilayah Laut China Selatan yang menjadi sengketa sejumlah negara di Asia.
Dilansir jejamo.com dari CNN Indonesia, Senin, 5/10/2015, September kemarin, Komisi I DPR menyetujui realokasi anggaran Rp450 miliar untuk memperkuat pangkalan TNI di Natuna. Realokasi anggaran diajukan Kementerian Pertahanan karena intensitas ketegangan di Laut China Selatan meningkat beberapa waktu terakhir.
Selama ini landasan pacu di Natuna hanya bisa digunakan untuk pesawat angkut, bukan pesawat tempur. Kondisi ini membuat Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu jengkel. Apalagi kekuatan TNI di wilayah itu minim.
“Percuma saja punya pesawat tempur jika landasannya tak bisa dipakai. Natuna juga tidak punya banyak prajurit bersenjata, hanya beberapa marinir. Kami akan menambah pasukan udara, laut, dan darat di sana,” kata Ryamizard.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu yakin pembangunan markas militer di wilayah tersebut merupakan keputusan tepat. “Indonesia memiliki sumber daya alam yang perlu dijaga,” ujar Ryamizard.
Kepulauan Natuna dan perairan yang mengitarinya memiliki cadangan gas dan minyak bumi melimpah. Ladang gas D-Alpha di utara Natuna disebut memiliki cadangan 222 TCT (trillion cubic feet) dengan gas hidrokarbon sebanyak 46 CTC, salah satu yang terbesar di Asia.(*)