Jejamo.com, Kota Metro – Sekretaris Dinas Tata Kota dan Pariwisata (Distako) Kota Metro, I Nyoman Suarsana, meminta Komunitas Cangkir segera menanam pohon yang baru. Ia menegaskan, pohon pengganti harus sama ukurannya dengan yang telah ditebang.
”Saya telepon mas Oki (pengelola komunitas Cangkir). Saya bilang kenapa itu ditebang? kita tunggu penanaman pohon pengganti. Saya bilang penggantinya harus sama ukurannya dengan pohon yang ditebang,” kata Nyoman saat ditemui jejamo.com, Selasa, 29/3/2016.
Mengenai batas waktu penanaman pohon pengganti, Nyoman hanya mengatakan untuk menanam sesegera mungkin. ”Itu saya bilang sama Oki, jadi kapan penanamanya? Dia bilang minta waktu untuk mencari pohon yang sebesar itu. Jadi, saat ini kami menunggu. Tapi saya sudah bilang secepatnya. Saya tidak mau ada kekurangan disana (jumlah pohon),” tuturnya.
Sebelumnya, Nyoman sempat mengancam mencabut izin pengelolaan Taman Ki Hajar Dewantara oleh Komunitas Cangkir bila terbukti melakukan penebangan tanpa Izin di lokasi taman. Namun, saat disinggung tentang ancaman tersebut, Nyoman justru berkilah sanksi menanam pohon dengan ukuran yang sama sudah cukup.
”Kalau bagi kami, di Dinas Tatakota ini. Barang yang ada disana tetap ada. Itu prinsip kami. Yang penting kayu itu ada lagi. Karena kebutuhan kami adalah penghijauan. Jadi Green City itu tercapai. Itulah kebutuhan kami,” terangnya.
Sebagai perbandingan, di Kota Surabaya sanksi yang diberikan oleh Pemda setempat terhadap pelaku penebangan pohon berdiameter 0-30 cm, adalah mengganti pohon berdiameter serupa dengan jumlah 35 pohon.
Sementara, di Kota Palembang ancaman bagi pelaku penebangan pohon tanpa izin adalah denda hinga Rp 10 juta. Jumlah tersebut jauh lebih kecil, jika dibandingkan dengan ancaman denda di Kota Pontianak sebesar Rp 50 juta.
Penebangan tanpa izin sebelumnya pernah terjadi dimasa Walikota Lukman Hakim. Saat itu Lukman mencopot Kepala UPT Pengairan Dinas Pengerjaan Umum, Candra Lefi, dari jabatanya karena kelalaian administrasi yang berakibat penebangan pohon masal oleh warga di bantaran irigasi Tejo Agung, Metro Timur.(*)
Laporan Wahyu, wartawan jejamo.com