Jejamo.com – Media Internasional ramai-ramai melaporkan kematian badak Sumatera, Najag yang tewas setelah ditangkap. Foxnews dan AFP menulis berita tentang badak yang mati setelah beberapa pekan ditemukan di Kalimantan. Kedua media menyebutkan ini merupakan kejadian penting dari usaha suaka binatang yang sudah dianggap punah tersebut.
AFP yang mengutip Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menuliskan, badak betina tersebut mati setelah kakinya terkena infeksi. Kesehatannya memang terus memburuk dalam beberapa hari terakhir. Kementerian mengatakan pemeriksaan postmortem tengah dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya.
Badak Najag ditangkap dalam perangkap lubang di Kutai Barat, Kalimantan Timur pada 12 Maret lalu. Penangkapan di daerah yang telah menganggap badak Sumatera telah punah itu disambut baik oleh konservasionis.
Sebuah tim survei World Wildlife Fund menemukan bukti bahwa spesies itu tidak punah di Kalimantan, setelah mengidentifikasi jejak kaki dan menangkap foto dari badak di hutan yang sama.
“Sebanyak 15 badak Sumatera kemudian teridentifikasi di tiga populasi di Kutai Barat,” ujar salah satu anggota tim, seperti dilansir Foxnews, Selasa, 5/4/2016. Diperkirakan, hanya ada seratus badak Sumatera di alam liar, kebanyakan ada di Sumatera.
Ancaman terhadap badak datang dari perburuan dan hilangnya habitat akibat pertambangan, perkebunan, dan penebangan. Para ahli mencatat bahwa badak Sumatera liar di bagian Malaysia dari Kalimantan dinyatakan sudah punah tahun lalu.
Indonesia baru-baru ini mengumumkan kenaikan populasi jenis lain dari badak. WWF melaporkan temuan tiga anak badak Jawa, meningkatkan jumlahnya menjadi 63 ekor. Badak Jawa kini hanya bertahan di Taman Nasional Ujung Kulon di Provinsi Banten.(*)
Tempo.co