Jejamo.com – Polresta Medan yang melakukan penertiban jalan mendapat perlawanan dari seorang siswi SMA. Sebuah video yang kini ramai dibicarakan menunjukkan, sebuah mobil yang ditumpangi siswi SMA diberhentikan oleh seorang polwan. Tidak lama siswi yang keluar dari mobil yang diketahui bernama Sonya itu ngotot dan marah-marah.
Ia kemudian mengaku sebagai anak jenderal. Disebutlah nama Irjen Arman Depari yang juga berdinas sebagai Deputi Penindakan BNN. Entah apa alasannya, polisi kemudian melepas siswi SMA itu. Ipda Perida, Polwan yang menghadapi sang siswi itu mungkin tak menyangka soal kasus siswi SMS mengaku jenderal menjadi ramai.
Irjen Arman Depari sendiri sudah membantah soal ini, ia menyebutkan dengan tegas bahwa dirinya hanya punya tiga orang anak yang semuanya ada di Jakarta. Di media sosial, banyak yang membahas soal ulah pelajar bernama Sonya itu.
Ipda Perida yang saat itu memberhentikan kendaraan, melayani dengan sabar ucapan-ucapan siswi SMA itu. Tak berapa lama, akhirnya Sonya dkk diminta naik ke mobil dan pergi.
Lalu mengapa Ipda Perida melepaskan begitu saja Sonya dan tak menilangnya?
“Alasan nggak ditilang itu karena pada saat itu saya melihat lingkungan sekitar terjadi timbul kemacetan, kemudian anak itu emosi maka saya putuskan untuk menyuruh anak itu pulang ke rumah,” kata Perida, Kamis (7/4/2016).
Sebelumnya, wanita yang menjabat sebagai Panit Patwal Satlantas Polresta Medan ini ingin memberi efek jera terhadap para pelajar itu karena dinilai membahayakan diri mereka sendiri saat berkendara dengan membuka pintu belakang mobil.
“Ya saya mau bawa mereka ke kantor polisi. Tapi mereka emosi dan situasi jalan menjadi macet. Saat itu juga, bahkan seorang siswi mengaku anak jenderal,” kata Perida.
Mendengarkan ucapan itu, lulusan Akpol 2013 ini mengaku tenang dan berusaha tidak menanggapi pernyataan siswi itu. “Saya kan hanya melaksanakan tugas, kalau saya emosi berarti saya sama saja dengan mereka (pelajar). Saya berusaha menetapkan diri saya sebagai polisi,” tutur Perida.(*)
Detik.com