Kamis, November 14, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Terdesak di Irak dan Suriah, ISIS Lipatgandakan Pasukan di Libya

Pasukan ISIS memasuki kota Sirte, Libya
Pasukan ISIS memasuki kota Sirte, Libya. | awdnews.com

Jejamao.com – Kelompok ekstrimis Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan telah melipatgandakan jumlah kekuatannya di Libya menjadi sekitar 6.000 gerilayawan dalam 18 bulan terakhir. Hal ini dilakukan menyusul banyaknya perlawanan dari milisi-milisi lokal.

Ketika wilayah kekuasaan ISIS di Irak dan Suriah dibombardir oleh militer Barat, kelompok teror itu mulai serius membangun basis kekuatan di Afrika utara. Di Libya, ISIS saat ini bercokol di kota Sirte.

ISIS  juga memiliki kelompok militan di Derna dan Benghazi, Libya timur, dan Sabratha di Libya barat. “Di Benghazi dan Derna, kelompok oposisi bersenjata Libya bertempur melawan ISIS dan mempersempit ruang gerak mereka. Di Sabratha situasinya serupa,” kata Jendral David Rodriguez, Komandan Militer AS di Afrika.

Merujuk pada informasi intelijen AS, Rodrigez mengatakan, “Aksi milisi telahmemperlambat pertumbuhan ISIS di berbagai wilayah di Libya.”

Geliat ISIS di Libya memicu kekhawatiran pemerintah negara Barat dengan merujuk situasi seperti di Irak dan Suriah yang hancur. Sejak 2014, Libya terbelah antara pemerintahan tandingan di Tripoli yang didukung koalisi longgar berbagai kelompok bersenjata dan pemerintahan transisi Libya yang disokong Barat di Trobruk.

Pemerintah persatuan yang berpusat di Tunis, Tunisia, belum berhasil menyatukan dua kubu itu. “Tantangan pemerintahan transisi adalah menyatukan berbagai kelompok demi masa depan Libya dan untuk menghalau ancaman ISIS,” kata Rodriguez.

Namun begitu sang jendral menepis kekhawatiran ekspansi teritorial di Libya seperti yang dilakukan ISIS di Suriah dan Irak. “Mereka tidak memiliki penduduk lokal yang memahami Libya seperti yang mereka miliki di Irak dan Suriah,” ujarnya.

Rodriguez menjelaaskan, beberapa tahun silam AS melancarkan serangan udara yang membidik ISIS. Namun saat ini operasi semacam itu cuma akan dilakukan jika terdapat ancaman langsung terhadap kepentingan AS di negara tersebut.(*)

 

Kompas.com

Populer Minggu Ini