Jejamo.com, Bandar Lampung – Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandar Lampung mendesak Presiden Republik Indonesia Joko Widodo agar dapat menindaklanjuti proses hukum dengan melibatkan oknum polisi yang melakukan tabrak lari terhadap anak sulung Indra Azwan, warga Malang, Jawa Timur, pada 1993 lalu.
“Keadilan harus diperjuangkan karena oknum polisi tersebut telah menghilangkan nyawa orang lain. Pak Indra Azwan sendiri sudah mengelilingi 10 provinsi untuk meminta tanda tangan dan ini juga rangkaian dari LBHI agar LBH se Indonesia bisa mengawalnya,” kata Direktur LBH Bandar Lampung, Alian Setiadi saat menggelar konpers di ruang media center lingkungan pemprov Lampung, Kamis, 14/4/2016.
Menurut Alian, permasalahan ini menjadi catatan pemerintahan Joko Widodo untuk serius menangani kasus yang belum diungkap. Karena sesuai nawacita dari pak Joko Widodo, bahwa hukum tidak pandang bulu.
” Pak Indra ini merupakan suatu potret buram dari penegakan hukum di Indonesia untuk mengungkap permasalahan yang sudah berjalan 23 tahun tetapi belum ada solusinya karena pelaku tabrak lari tersebut tidak pernah di adili,” tambahnya.
Indra Azwan, warga Malang, Jawa Timur yang melakukan Long March mengelilingi provinsi se Indonesia mengatakan, pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi presiden RI dirinya sudah mencoba bertemu SBY, namun dirinya malah diberi uang.
“Waktu itu saya mencoba menghadap pak SBY guna meminta agar oknum polisi yang melakukan tabrak lari dengan menyebabkan meninggalnya anak Sulung saya agar di proses hukum. Namun, saya malah diberi uang sebesar Rp. 25 juta dan berkwitansi,” kata Indra
Dirinya merasa bingung dengan pemberian sejumlah uang oleh presiden pada masa itu. Karena dirinya hanya menginginkan agar hukum dapat di tegakkan tanpa pandang bulu.” Saya baru sadar setelah 2 tahun lewat karena pelaporan saya ke pak SBY tidak diproses. Akhirnya saya mengembalikan uang tersebut dan diterima oleh orang yang ada di istana negara,” ungkapnya.
Ia menegaskan, apabila seorang kepala negara berani bermain menyuap dengan memakai uang negara, bagaimana dengan pejabat di bawahnya.” Gimana ga rusak pemerintahan ini, kalau presidennya saja berani bermain suap. Itu bukti dari kebobrokan pemerintahan di Indonesia, karena presidennya berani mencontohkan hal yang tidak baik,” ujarnya.
Indra Azwan, sudah melakukan perjalanan ke tanah suci Mekkah dengan berjalan kaki guna melaporkan oknum polisi yang telah melakukan tabrak lari sampai merenggut nyawa anak sulungnya pada 1993 lalu.”Saya mengadukan permasalahan ini sama Allah agar oknum polisi yang melakukan tabrak lari sampai merenggut nyawa anak saya dapat diproses hukum,” tutunya.
Indra nekat melakukan Long March ke Mekkah dengan menghabiskan waktu 1,5 tahun setelah semua laporan yang dilayangkannya dimentahkan oleh pejabat tinggi negara. “Saya harus melapor sama siapa lagi kalau bukan sama Allah. Karena saat saya melapor ke sesama manusia tidak ditanggapi,” ungkapnya.(*)
Laporan Arif Wiryatama, Wartawan Jejamo.com