Jejamo.com, Bandar Lampung – “Kapan nikah?” Pertanyaan ini sering mampir ke telinga para “joblowan” dan “joblowati” yang usianya sudah matang tapi belum jua kawin. Kadang, dalam pesta perkawinan, pertanyaan ini sering singgah ke mereka.
Ada yang menyikapinya dengan santai, namun ada pula yang seriusan sehingga masuk ke hati dan tersinggung. Hmm, kira-kira, kalau ditanyakan kepada dua “Kartini” di Lampung ini, apa jawaban mereka.
Leli, seorang guru SMP Islam Terpadu di Lampung Tengah menjawab pertanyaan yang disodorkan jejamo.com. Kata penulis itu, ia senang kalau ditanya kapan menikah. Usianya memang relatif matang untuk memulai berkeluarga.
Leli bilang, ia menganggap pertanyaan itu doa. Maka, ia pun santai menangapinya. Ia tidak menilai pertanyaan itu sebagai sesuatu yang menyudutkan.
“Apalagi kalau ada yang ditanya, kapan punya anak. Saya sih senang-senang saja. Memang menginjak usia 25 ini, pertanyaan seperti itu makin sering saya terima. Jodoh kan Allah yang atur,” ujar alumnus IAIN Raden Intan Lampung ini kepada jejamo.com via BlackBerry Messenger, Kamis, 21/4/2016.
Leli tipikal yang tidak sensitif dengan pertanyaan yang barangkali buat perempuan lain cukup menjadi beban pikiran. “Saya sih berpikir positif saja. Ya asal jangan jadi perawan tua aja deh,” pungkasnya.
Putri, bidan di Bandar Lampung, juga mengutarakan opininya. Ia pun sama seperti Leli, sering ditanya kapan menikah.
Awalnya, saat usianya menginjak 25 tahun, Putri sering merasa kesal kalau ditanya kapan menikah. Ia mengaku pertanyaan itu sering membuatnya risi. “Galau lah kata anak muda zaman sekarang,” ujarnya kepada jejamo.com via WhatsApp.
Putri menuturkan, sekarang ia tak terlalu memikirkan soal itu. “Makin ke sini, saya cuekin saja. enggak terlalu memusingkan. Buat apa,” ujarnya.
Putri berpendapat, seorang perempuan yang belum juga menikah padahal usianya sudah matang, tidak melulu karena sibuk bekerja. Kata dia, banyak yang menganggap perempuan bekerja itu akan lama menikah karena mengejar karier.
“Tiap perempuan kan berbeda-beda. Enggak sama. Namun, tetap saja, jika pertanyaan itu makin sering, bisa berpengaruh juga ke psikis,” urainya.
Hari ini segenap perempuan Indonesia merayakan Hari Kartini. Jejamo.com mencoba memotret fenomena sosial seputar kaum perempuan. Tak melulu menayangkan profil-profil kaum Hawa. Selamat Hari Kartini.(*)
Laporan Adian Saputra, Wartawan Jejamo.com