Jejamo.com – Menyusul pemenggalan kepala sandera asal Canada oleh Abu Sayyaf, pimpinan Partai Liberal Filipina, Manuel Roxas II, Selasa, 26/4/2016, mendesak Front Pembebasan Bangsa Moro (MNLF) dan Front Pembebasan Islam Moro (MILF) membantu upaya perlawanan terhadap Abu Sayyaf.
Roxas mengatakan MNLF, MILF, dan para pemangku kepentingan lain harus menunjukkan bahwa terorisme tidak memiliki tempat di Filipina, yang telah menghambat kemajuan negara itu.
“Saya meminta rekan kami, MNLF dan MILF, terlibat dalam proses perdamaian. Ini adalah peluang bagi Anda menunjukkan Anda cinta damai dan memiliki sikap bahwa kejahatan keji tidak memiliki tempat di Filipina,” ujar Roxas.
“Tidak ada tempat di sini. Kita harus bergabung bersama, terlepas dari tujuan, filosofi politik, keprihatinan, dan pembelaan kita. Tidak ada ruang bagi kebrutalan yang telah kita saksikan sebagaimana dipertontonkan oleh Abu Sayyaf.”
Roxas juga meminta negara harus mengerahkan kekuatan penuh dan menegakkan hukum untuk menyeret para pelaku ke meja pengadilan. Roxas juga menyatakan simpati serta mengucapkan belasungkawa kepada anggota keluarga dan orang-orang yang dicintai korban.
“Modernisasi kepolisian dan militer harus tetap berlanjut, sementara pemerintah akan melaksanakan kebijaksanaan pembangunan di Mindanao,” ujarnya.
Ridsdel bersama 2 rekan lainnya sebelumnya diculik sekitar 20 pria bersenjata di Ocean View Resort di Pulau Sama, Davao, pada 21 September 2015.
Anggota Abu Sayyaf meminta tebusan 300 juta peso atau sekitar Rp 84 miliar untuk setiap sandera. Tapi, hingga batas waktu 25 April 2016, tuntutan uang tebusan itu tidak dipenuhi pemerintah Filipina. Potongan kepala Ridsel kemudian ditemukan di dalam plastik ditempat umum.(*)
Tempo.co