Jejamo.com – Keringat adalah mekanisme alamiah tubuh manusia mengeluarkan panas dan racun tubuh. Oleh karenanya berkeringat adalah normal. Namun, ada orang yang mengeluarkan keringat jauh lebih banyak. Tak jarang, keringat yang berlebih itu juga menimbulkan bau tak sedap.
Lalu apa penyebabnya? Dokter spesialis kulit dan kelamin dari Rumah Sakit Brawijaya, Vinia Ariani Permata menjelaskan, keringat merupakan mekanisme alami yang dilakukan tubuh ketika suhu tubuh meningkat. Naiknya temperatur badan disebabkan berbagai hal, misalnya lingkungan panas dan padatnya aktivitas. Keringat mengucur sebagai cara tubuh menetralisasi perubahan suhu itu. Cairan eksresi ini juga menetes apabila kondisi kejiwaan kita dalam keadaan tertekan, seperti saat rapat, ujian, atau berbohong.
Dalam kondisi normal, keringat tidak mengeluarkan bau tidak sedap. Keringat yang bercampur bakterilah yang menimbulkan bau badan. “Keringat itu jernih. Di dalamnya terkandung air, garam, protein, mineral, dan gula. Nutrisi inilah yang disukai bakteri untuk berkembang,” kata dokter yang juga berpraktik di klinik kecantikan di Pondok Indah, Jakarta.
Vinia mengatakan, bakteri tersebut tidak akan menimbulkan bau badan apabila jumlahnya sedikit dan tidak bersarang di kelenjar keringat ketiak. Pertama, kelenjar keringat merokrin yang ada di daerah telapak tangan dan kaki. Kedua, kelenjar keringat apokrin pada ketiak, lipatan paha, serta kelamin. “Bakteri akan menguraikan keringat dan memprosesnya dalam sistem metabolisme sehingga menghasilkan produk sampingan berupa keringat berbau. Jadinya, bau badan,” ujarnya.
Hal lain yang perlu diperhatikan, makanan, obat-obatan, dan genetik juga berperan dalam munculnya bau badan pada keringat yang berlebih. Oleh karena itu, menghindari makanan berempah yang mengandung bawang, entah itu bawang bombai, bawang merah, dan bawang putih dapat membantu mengurangi keringat dan bau badan. “Hidup sehat dan banyak minum. Tidak ada makanan khusus yang bisa mengatasi bau badan,” ujar Vinia.
Vinia pun mengingatkan untuk selalu menjaga kebersihan dan higienitas tubuh, termasuk menggunakan deodoran. Mengandalkan sabun mandi saja, menurut dia, tidak cukup untuk menekan jumlah keringat dan bakteri penyebab bau badan. “Bau dan keringat hanya hilang saat mandi. Seusai mandi, bau dan keringat akan datang kembali,” katanya.
Menurutnya, untuk mengatasi keringat berlebih bisa dilakukan dengan suntik botoks untuk menurunkan toksin. “Diharapkan, produksi kelenjar keringat berkurang,” katanya di Jakarta, Kamis, 28/4/2016.
Suntik botoks merupakan metode medis untuk memasukkan protein yang dimurnikan dari bakteri Clostridium botulinium. Efek suntik botoks ini, kata Vinia, hanya bersifat sementara. ” Pasien harus tetap menjalani penyuntikan setiap enam bulan sekali,” katanya.
Sementara cara lain yang bisa dipilih supaya keringat tidak berlebih adalah operasi pengangkatan kelenjar keringat di ketiak. Namun, cara ini baru bisa diterapkan setelah melalui proses konsultasi dengan dokter.(*)
Tempo.co
.