Jejamo.com – Kasus kebotakan rambut lebih banyak dialami pria, meski pada wanita juga banyak ditemukan. Penyebab paling banyak menipisnya rambut pada pria dan wanita adalah kondisi yang disebut androgenetic alopecia (AGA).
AGA adalah kondisi yang disebabkan faktor keturunan, dan membuat folikel rambut lebih sensitif pada DHT yang dihasilkan oleh hormon testosteron. Pada kasus AGA, DHT membuat folikel menyusut dan berhenti memproduksi rambut.
Kaum wanita juga memiliki hormon testosteron dan keseimbangan hormon ini serta estrogen berperan besar pada ketebalan rambut dan kerontokannya. Misalnya saja, rambut menjadi lebih tebal ketika hormon estrogen meningkat selama kehamilan.
Itu sebabnya, setelah persalinan, banyak wanita mengalami kerontokan rambut karena kadar hormonnya kembali normal.
Faktor lain yang bisa mengganggu keseimbangan hormonal adalah kista ovarium, kontrasepsi pil, serta menopause. Kondisi-kondisi tersebut juga bisa menyebabkan perubahan pada rambut.
Walau jarang, tetapi penyebab lain rambut rontok adalah gangguan tiroid dan anemia, kekurangan vitamin, penyakit autoimun, bahkan obat-obatan tertentu.
Sementara itu, kebiasaan menata rambut yang tidak tepat, misalnya pelurusan, bleaching, atau mengikat rambut dengan ketat terlalu lama, juga bisa menyebabkan rambut rontok.
Kehilangan 50-150 helai rambut setiap hari sebenarnya hal yang normal. Namun, jika Anda merasa rambut rontok dan menipis, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengingat apakah hal itu juga dimiliki orangtua atau saudara Anda.
Jika keluarga dekat Anda juga mengalaminya, kemungkinan Anda juga tak luput dari kebotakan. Hal ini memang tidak bisa dicegah.
Saat ini belum ada terapi yang bisa secara efektif mengatasi kebotakan. Namun, ada terapi transplantasi rambut yang diklaim efektif membuat rambut kembali tebal jika dilakukan di awal kerontokan rambut.(*)
Kompas.com