Jejamo.com, Bandar Lampung – Kebijakan Bina Lingkungan (Biling) Pemerintah Kota Bandar Lampung dengan membebaskan biaya administrasi bagi siswa, diakui manajemen Yayasan Taman Siswa Telukbetung Bandar Lampung, pahit. Pasalnya, kebijakan itu mengurangi jumlah sekolah swasta. Saban tahun, ada saja SMA dan SMK di Bandar Lampung yang tutup karena tidak ada siswa.
Ketua Yayasan Pendidikan Taman Siswa Telukbetung Bandar Lampung Ki M Subarjo mengakui, setahun terakhir, jumlah murid berkurang 15 persen. Jika pada 2015 jumlah murid mencapai 1.531 orang, tahun ini menjadi 1.303 orang.
Sebelum adanya Biling, Taman Siswa mendapatkan jumlah murid sebanyak 1-7 kelas, sekarang hanya 3 kelas.
“Tahun kemarin, SD dan TK hanya satu kelas, SMP 2 kelas, SMA 3 kelas, SMK Ekonomi 3 kelas, Teknik 1 kelas. Rata-rata biasanya di atas 3. SMP bahkan bisa 7 kelas. Kemarin benar-benar tahun paling pahit,” ujarnya kepada jejamo.com di ruang kerjanya, Senin 2/5/2016.
“Sebelum ada Biling dan BOS, siswa Taman Siswa mencapai 1.600-1.700, bahkan pernah mencapai 3.000 siswa,” kata dia.
Ki M Subarjo mengatakan, penggratisan itu bertentangan dengan sistem yang diterapkan sekolah swasta yang tidak menyubsidi siswa.
“Kalau Biling, semua siswa TK, PAUD, SD, SMP, SMA/SMK bebas biaya. Kalau swasta, ada uang pangkal, uang sekolah, dan lain-lain. Karena mandiri dan tidak mendapat bantuan pemerintah sekolah swasta tidak kebagian siswa,” ujarnya.
Dia menambahkan, beberapa sekolah swasta cukup terkenal sekarang tutup, antara lain SMP Petra dan SMA Arjuna.
Ki M Subarjo berharap, tahun depan meski ada Biling, Taman Siswa tetap menerima murid dengan jumlah yang lebih banyak. “Supaya kami tetap eksis menjalankan misi perjuangan. Sebab, Taman Siswa terus berjuang dari zaman penjajahan sampai sekarang,” pungkasnya.(*)
Baca: Inilah Sistem Among Ki Hajar Dewantara di Sekolah Taman Siswa Bandar Lampung.
Laporan Sugiono, Wartawan Jejamo.com