Jejamo.com – Sejumlah ahli bedah di Rumah Sakit Umum Massachusetts, Boston, AS disebut telah berhasil merestorasi sepenuhnya penis seorang pria dalam sebuah operasi transplantasi. Pria itu sebelumnya kehilangan penis akibat kanker yang menyerang alat vitalnya.
Dalam pembedahan yang dilakukan awal bulan ini, penis baru itu diambil dari seorang donor yang baru saja meninggal dunia dan operasinya membutuhkan waktu selama 15 jam.
Sang pasien adalah Thomas Manning (64) seorang karyawan bank asal Massachusetts. Sejauh ini dia merasakan kondisinya sangat baik dan hanya merasakan sedikit sakit. Demikian harian The New York Times melaporkan.
Upaya medis ini sebenarnya masih eksperimental, tetapi para dokter menggambarkan diri mereka dipenuhi optimisme. Jika semua berjalan lancar maka Thomas Manning bisa kembali buang air kecil secara normal dalam beberapa pekan ke depan dan penisnya bisa berfungsi untuk hubungan seksual dalam beberapa bulan.
Jika transplantasi ini berhasil, maka cara yang sama dapat digunakan untuk mengobati para tentara yang terluka di bagian vital itu termasuk para penderita kanker seperti Thomas Manning.
Namun, Departemen Pertahanan AS nampaknya kurang suka jika para veteran perang menjalani transplantasi yang belum terbukti ini karena mereka sudah menderita terlalu banyak di medan perang.
Sehingga, departemen pertahanan akan mencari cara lain untuk penyembuhan para veteran perang yang mengalami luka akibat pertempuran.
Transplantasi penis pertama yang berakhir kesuksesan terjadi pertama kali pada Desember 2014 di Afrika Selatan, terhadap pasien yang kehilangan penisnya dalam sebuah prosesi sunat.
Pasien penerima transplantasi penis itu bahkan sembuh lebih cepat dari perkiraan dokter dan tahun lalu mengumumkan bahwa dia sudah memiliki anak. Pada 2006, para dokter di China pernah melakukan prosedur yang sama namun gagal.
Saat itu, para dokter meski berhasil menolong pria yang kehilangan penisnya akibat sebuah kecelakaan, namun penis baru itu harus dilepas dua pekan setelah dipasang. Alasannya, sang pasien dan istrinya mengalami masalah psikologi berat usai menjalani transplantasi.(*)
Kompas.com