Jejamo.com, Bandar Lampung – Pengamat olahraga Lampung Sutan Syahrir Oelangan mengatakan, atlet Lampung banyak menjerit lantaran biaya untuk latihan sering tidak ada. Ia bercerita semasa menjadi Wakil Ketua KONI Lampung, di mana pengurus tidak memperhatikan atlet.
“Sebenarnya sih kasihan, tapi mau ngomong apa. Begitulah nasib atlet, yang ngurus kadang kaya, atletnya menjerit semua,” ucap atlet cabang tinju Lampung pada era 1980-an ini kepada jejamo.com Selasa, 24/5/2016 via ponsel.
Ia menambahkan, sewaktu dirinya duduk di kepengurusan KONI Lampung, sebagian pengurusnya kaya, namun atlet menjerit.
“Gimana tidak menjerit, atlet dikirim ke Jakarta untuk menjalani latihan. Tetapi KONI telat ngirim uang, gimana atlet ini mau bayar kos,” katanya.
Ia juga menyoroti kasus pencurian oleh seorang pecatur Bandar Lampung yang hendak ikut kejuaraan nasional.
“Mau atlet berprestasi ataupun tidak, harus dihukum. Mau atlet nasional sekalipun, kalau terbukti melanggar hukum, ya harus dihukum,” kata Sutan yang juga pengacara itu kepada jejamo.com melalui sambungan telepon, Selasa, 23/5/2016.
Menurut mantan Wakil Ketua KONI ini, seseorang harus bisa memisahkan antara olahraga dan perbuatan yang melanggar hukum seperti maling. Karena maling bukanlah sebuah olahraga.
“Tetap harus diperiksa polisi. Karena maling merupakan perbuatan yang salah dan melanggar hukum pidana,” kata Sutan.
Seharusnya, lanjut Sutan, atlet berkonsultasi dengan pengurus cabang olahraga jika ingin mengikuti kegiatan tetapi tidak mempunyai biaya.
Sebelumnya, Sutan menyoroti rangkap jabatan Gubernur dan Ketua KONI Lampung sehingga jika terancam tak ikut PON mendatang.(*)
Laporan Arif Wiryatama, Wartawan Jejamo.com