Jejamo.com, Bandar Lampung – Manusia yang tidak suka berpikir dan cepat marah dapat menyebabkan kepikunan bahkan kematian, karena tidak bisa menata emosi agar menjadi manusia cerdas.
Demikian diungkapkan Pakar Neurosains, dr. Amir Zuhdi, saat dalam workshop Parenting yang diselenggarakan Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) Lampung di Hotel Grand Anugerah, Sabtu, 28/5/2016.
Menurutnya, 80 persen kunci kesuksesan hidup ditetapkan oleh kecerdasaan emosi, karena orang pintar sekalipun belum tentu bisa dalam mengendalikan emosi.
” Ada yang pintar tapi gampang ngambekan. Marah yang ditahan itu sama saja orang yang tidak bisa mengendalikan emosi, sehingga mengakibatkan mudah tersinggung dan gelisah,” papar dr. Amir.
Selain itu, lanjut dia, orang yang tidak bisa mengendalikan emosi dapat memicu perkelahian maupun tawuran antar pelajar. “Kalau di Jakarta spion motor saling senggol saja sudah bisa menyebabkan perkelahian bahkan tawuran, padahal hal ini kan sangat sepele,” ujarnya.
Untuk itu para orang tua harus bisa memberikan penghargaan setiap yang dilakukan oleh anaknya. “Anak senang bermain game, karena setiap ronde yang dimenangkan mendapatkan penghargaan, apakah itu bersifat poin ataupun naik level. Masa iya orang tua tidak mau memberikan penghargaan berupa pujian ataupun perhatian,” ucapnya.
Namun ia mengingatkan, game juga bisa merusak otak dan orang yang sering melihat permainan menyetubuhi orang lain juga mempunyai dampak seperti sekarang ini, seperti, memerkosa teman sendiri lalu dibunuh, anak menghamili ibunya.
“Perbuatan ini persis prilaku seksual yang menyimpang di masyarakat. Karena, melalui permainan juga bisa masuk di tatanan emosi otak anak,” pungkasnya. (*)
Laporan Arif Wiryatama, Wartawan Jejamo.com