Jejamo.com — Di tengah majunya perekonomian China, ternyata ada beberapa wilayahnya yang cukup tertinggal, salah satunya Desa Atuler di Provinsi Sichuan, China.
Untuk berangkat ke sekolah saja, anak-anak setempat harus melalui jalan setapak dengan panjang 800 meter. Mereka harus memanjat dan menuruni tebing batu yang curam.
Begitu juga jika warga desa pergi menjual hasil-hasil pertanian mereka. Tidak hanya itu, mereka juga harus meniti anak tangga yang reyot pula. Nyawa adalah taruhannya.
Pihak berwenang di Sichuan telah bersumpah untuk membantu warga desa pegunungan terpencil itu setelah foto-foto muncul dan menjadi viral di media sosial.
Dalam foto yang dirilis media daring di Beijing, lalu menjadi viral di media sosial, tampak anak-anak dengan beban tas sekolah di punggung terpaksa menapakkan kaki di tebing curam.
Ada bagian jalan yang ditaruh dengan tangga reyot agar bisa dilalui. Namun, ada juga ruas jalan yang tanpa tangga sehingga kaki harus berpijak langsung pada dinding batu nan curam.
Foto-foto diambil oleh Chen Jie, seorang fotografer Beijing News, peraih penghargaan dari World Press Photo atas karya jurnalistiknya merekam ledakan mematikan di Tianjin tahun lalu.
“Sungguh tidak diragukan lagi, saya sangat terkejut melihat kenyataan itu,” tulisnya sambil berharap foto-foto yang dirilisnya bisa membantu mengubah “realitas yang menyakitkan” warga Atuler.
Chen menghabiskan tiga hari mengunjungi masyarakat miskin itu dan mencoba sampai tiga kali melewati jalan berbahaya itu.
“Ini sangat berbahaya. Anda harus 100 persen hati-hati,” kata Chen kepada The Guardian. “Jika Anda mengalami sedikit kesalahan, Anda akan jatuh langsung ke jurang yang dalam,” katanya dikutip dari kompas.com.
Kepala desa setempat mengatakan bahwa tujuh atau delapan warga desa telah tewas akibat jatuh ke jurang saat meniti jalan setapak yang curam itu. Perjalanan ke sekolah sekarang dianggap begitu melelahkan dan berbahaya.
Anak-anak telah dipaksa untuk naik ke sekolah di puncak gunung. Agar tidak melelahkan, anak-anak akan kembali menjenguk keluarga dua kali dalam sebulan.(*)