Jejamo.com – Hasil penelitian terbaru Kaspersky Lab dan B2B International menyebutkan, sebanyak 26 persen konsumen Indonesia kehilangan uang karena menjadi sasaran tindak penipuan online. Menurut mereka, Indonesia menjadi negara dengan korban penipuan daring tertinggi disusul Vietnam (26 persen) dan India (24 persen).
“Bentuk ancaman keuangan online terhadap konsumen semakin berkembang. Selain penipuan online dengan gaya tradisional, kita juga mulai melihat para penjahat siber mengeksploitasi serta mencari cara baru untuk menipu konsumen,” ujar Ross Hogan, Pemimpin Global Divisi Pencegahan Penipuan Kaspersky Lab dalam siaran persnya, Senin, 30/5/2016.
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa 48 persen konsumen menjadi target aksi penipuan, yang dirancang untuk mengelabui mereka sehingga mengungkapkan informasi sensitif dan data keuangan yang bisa digunakan untuk melakukan tindak kriminal.
Selain itu hampir separuh dari pengguna Internet mengalami ancaman keuangan selama periode survei 12 bulan, seperti menerima surel mencurigakan yang mengaku dari bank bank (22 persen) atau situs ritel (15 persen), dan permintaan data keuangan (11 persen).
Menurut hasil penelitian, enam persen konsumen kehilangan uang karena penipuan online, empat persen menjadi korban kebocoran data dan kehilangan uang melalui organisasi keuangan dan tiga persen konsumen kehilangan uangnya melalui cryptocurrency, seperti BitCoin atau e-money.
Sementara secara keseluruhan, menurut hasil penelitian itu, sebanyak 11 persen pengguna Internet global melaporkan uang mereka telah dicuri secara online.
Oleh karena itu Hogan menyarankan para pengguna Internet meningkatkan kewaspadaan saat melakukan transaksi keuangan daring atau mengklik tautan mencurigakan yang sepertinya berkaitan dengan bank mereka.(*)
Tempo.co