Jejamo.com, Tulangbawang Barat – Dinas Pekerjaan Umum Tubaba tahun 2016 akan membangun destinasi berupa relief adat budaya dan tokoh empat marga di Tubaba. Relief nyata dan nampak hidup dengan ukuran tinggi 10 m akan terletak di pinggir jalan provinsi, tikungan leter S Tiyuh Panaragan.
Demikian kata Sekretaris Dinas PU Rizal Irawan, mendampingi Kepala Dinas Iwan Mursalin, di kantornya kepada jejamo.com, Senin 13/6/2016.
Rizal mengatakan, tahun ini mulai terlaksana dan dijadwalkan selesai tahun ini juga. Akan dibangun relief adat budaya serta tokoh empat marga di Tulangbawang, Buai bulan, Marga Aji, Tgamo-an, Suwai Umpu.
Relief untuk menambah dukungan keunikan dan keindahan bumi Ragem Sai Mangi Wawai, menjadi daerah tujuan, sesuai dengan cita-cita Bupati Umar Ahmad.
Menurut rencana, relief akan dibuat dengan ketinggian 10 m, seolah hidup dan nyata. Secara bertahap akan dilengkapi dengan taman dan lampu, untuk menambah pesona keindahan.
“Selain merupakan destinasi, relief tersebut dibangun bertujuan mencegah terjadinya kecelakaan fatal, akan berfungsi membatasi gerak kendaraan yang lalu lalang agar tidak masuk jurang,” katanya.
Rizal menuturkan, beberapa tahun yang lalu telah banyak dibangun tempat tujuan wisata yang bernuansa adat budaya dan agama atas ide Bupati Umar Ahmad untuk menjaga kelestarian adat budaya. Dan, agar warga Tubaba tetap menjaga etika sopan santun dalam keseharian terhadap sesama umat, dengan mengingat tatakrama dalam adat budaya.
Beberapa tempat tujuan wisata yang bernuansa adat budaya selain relif tersebut di antaranya Tugu Payung di Kelurahan Panaragan Jaya dan Tiyuh Pagar Dewa, Tugu Rato Nago Besanding di Tiyuh Kagungan Ratu, Sesat Agung (balai adat) di Panaragan Jaya, dan Masjid Agung As Shobur Islamic Centre di Panaragan jaya.
Tugu Rato dibangun pada 2015 di Tiyuh Kagungan Ratu atas ide Bupati Umar Ahmad dan Wakil Bupati Fauzi Hasan. Arsitek bangunan ini adalah Andra Matin.
Tugu ini menggambarkan adat budaya masyarakat Mego Pak Tulangbawang dalam melakukan begawi adat Lampung. Rizal menjelaskan, kereta kencana dengan simbol burung garuda yang ditumpangi sepasang pengantin merupakan kendaraan yang digunakan dalam begawi.
“Ini untuk mendapatkan gelar adat atau nama baru dalam adat Lampung,” kata dia.
Payung tiga tingkatan yang terlihat melengkapi kereta kencana menaungi kedua pengantin mempunyai makna tersendiri. Dengan payung di atas kereta kencana, berarti pelaksanaan adat disepakati tokoh adat suku, tiyuh, dan marga. Tugu ini telah banyak dikunjungi dari dalam dan luar kabupaten.
Pembangunan dua bangunan ikon daerah yaitu Sesat Agung Tubaba dan Islamic Center yang keduanya saling besebelahan, dapat digunakan oleh seluruh suku bangsa di Tubaba.
“Pembangunan yang hingga kini belum selesai itu segera dilanjutkan bertahap. Pemerintah harus membagi anggaran karena banyak keperluan masyarakat Tulangbawang barat yang lebih mendasar saat ini,” ujarnya.
Rizal menjelaskan, sebagai lambang daerah kedua bangunan ini diarsiteki Andra Matin dan kawan -kawan. Ia menjelaskan, Sesat Agung atau balai adat yang merupakan gabungan 4 rumah besar diartikan sebagia 4 marga besar yang ada di Tulangbawang.
Balai adat ini kelak bukan hanya untuk pelaksanaan adat Lampung, namun juga dapat digunakan untuk pelaksanaan adat dari bermacam suku bangsa di kabupaten ini.
“Empat rumah besar menaungi 5 rumah, yang mewakili transmigran dari 5 pulau besar Indonesia, bersatu dan berbaur menjadi satu atap bersama,” terang Rizal.
Nantinya, semua kegiatan adat dan budaya warga Tubaba dapat dilaksanakan di bangunan Sesat Agung ini. Sementara untuk Masjid Agung Islamic Center diberi nama Masjid Agung As-Shobur yang akan menjadi pusat kegiatan Islam.
Sesuai dengan kalimat,”pembangunan yang berkelanjutan,” dua bangunan tersebut belum selesai
Berikut makna yang tersirat pada bangunan masjid tersebut:
Pintu masjid ditulis aksara Lampung yang artinya sabar.
Arah kiblat ditulisi lafal Allah dengan aksara Lampung.
Atap masjid terdapat 99 celah pencahayaan, melambangkan Asmaul Husna.
Platform dasar berbentuk persegi lima, melambangkan salat 5 waktu.
Tinggi menara 30 meter, lambang Alquran 30 juz.
Jumlah tiang 114, lambang 114 surat dalam Alquran.
Tertampak lain arah berbeda jumlah sisi, melambangkan jumlah rakaat dalam salat 5 waktu.
Tertampak 4 sisi merupakan lambang jumlah rakaat salat isya, zuhur, dan asar.
Tertampak 3 sisi merupakan lambang salat magrib 3 rakaat.
Tertampak 2 sisi, lambang salat subuh 2 rakaat.
Tertampak bangunan di atas danau, seolah melambangkan sesuatu yang mustahil bisa saja tercipta dengan perjuangan dan kerja keras.(*)
Laporan Buhairi Aidi dan Mukaddam, Wartawan Jejamo.com