Rabu, November 13, 2024

Top Hari Ini

Terkini

Empat Penyair Muda Alumnus IAIN Raden Intan Lampung Bikin Antalogi Puisi Alif Fathah

Ilustrasi. | Ist
Ilustrasi. | Ist

Jejamo.com, Bandar Lampung – Empat penyair muda Lampung menerbitkan antalogi puisi  yang yang berjudul alif fathah. Penulis buku ini adalah Ahmad Walid, Muhamad Afifuddin, Muhammad Shoheh, dan Leli Fraftiani. Mereka adalah alumni IAIN Raden Intan Lampung.

Walid mengatakan, ada banyak alasan dalam lahirnya buku puisi ini. Menurut dia, dengan menulis kami berkembang. Ibarat atlet maraton yang selalu punya pengalaman komunal yang sama di masa muda dalam belajar berdiri, berjalan, kemudian berlari.

“Awal semua tulisan buat akmi berawal dari narasi lisan yang tertulis lewat puisi. Karya ilmiah lainnya esai, artikel serta karya ilmiah lainnya itu penjabaran makna dalam secarik puisi,” ujarnya kepada jejamo,.com, Minggu, 26/6/2016.

Walid menuturkan, kontribusi mereka dalam dunia dialektika sastra menghantarkan melek tanda dan simbol. Fungsi utama tanda adalah menyatakan, sedangkan fungsi simbol menyatakan sekaligus menyembunyikan.

“Inilah kekuatan bahasa puisi. Makna yang tersirat dalam buku alif fathah ini adalah pada dasarnya sebuah kolase dari berbagai harapan, kerinduan, kekecewaan, kritik sosial, pandangan hidup serta keyakinan teologis setiap pengubahnya,” ujarnya.

Buku terbitan Saga ini, kata dia, mendapat apresiasi dari sastrawan, akademisi, agamawan, mahasiswa, dan para penyair.

Walid mengatakan, makna alif sebagai huruf hijaiyah yang pertama artinya awalan dalam sebuah karya.

Dalam tata huruf, alif bentuknya tegak lurus. Ini menandakan karya ini sebagai amalan untuk mengharap ridho allah.

“Dalam sisi sosial, alif bisa menepatkan diri dimanapun berada,  bisa bersambung melayani masyarakat bisa juga terpisah, tapi tetap berpengaruh dan berprinsip,” ujarnya.

Sedangkan fathah, kata dia, artinya membuka.

“Karya ini diharapkan membuka pikiran, hati, mata hingga mulut sebagai kontribusi kita dalam sastra (puisi) dengan keragaman yang ada mampu melebur tanpa menghina, membangun tanpa menghardik, merangkul tanpa menjatuhkan,” tambah Walid.(*)

Laporan Leli Fraftiani, Kontributor Jejamo.com

Populer Minggu Ini