Jejamo.com, Bandar Lampung– Susdawati (35), warga Jalan Putri Dibalau, Gang Kepala Ratu, Kelurahan Kedamaian, Kecamatan Kedamaian, Bandar Lampung, sudah dua tahun menjadi pemulung demi menghidupi keluarga.
Susdawati biasa mencari barang-barang bekas menggunakan karung, berkeliling ke beberapa daerah di Bandar Lampung. Namun barang bekas yang didapat tidak langsung dijual.
“Kelilingnya ke Antasari, Pahoman dan Sukabumi, saya carinya masuk-masuk Gang gitu. Barang itu nggak saya jual langsung, tapi saya kumpulkan dulu. Setelah satu Minggu baru saya jual,” ujarnya kepada jejamo.com saat ditemui di kediamannya, Jumat, 1/7/2016.
Susdawati mengatakan, barang bekas yang sudah dikumpulkan selama satu minggu itu saat dijual dihargai Rp30 hingga Rp40 ribu. Uang itu ia gunakan untuk keperluan sehari-hari dan bayar kontrakan.
Sedangkan untuk uang makan keluarga Susdawati mengandalkan suaminya yang bekerja menuntun orang tuna netra untuk meminta-minta atau mengemis di sejumlah pasar di Bandar Lampung.“Suami hanya menuntun temannya yang buta, kerjaan itu sudah dilakukan suami saya selama 5 tahun,” terangnya.
Dia menceritakan, bahwa dirinya dan suami serta empat anaknya tidak dapat pulang kampung lantaran tidak memiliki ongkos, dirinya terakhir pulang kampung pada 2010 itu juga di kampung suami di Kotabumi Lampung Utara.
” Nggak mungkin mau pulang kampung karena, saya sudah nggak punya tanah lagi di kampung, kalau tinggal di tempat saudara enggak enak. Saya terakhir pulang 2010 itu di kampung suami. Kalau punya rezeki mau banget pulang kampung. Tapi, mau gimana lagi,” kata dia.
Dirinya berterimakasih atas rezeki dari Inisiatif Zakat Lampung.” Terimakasih bantuannya semoga dapat saya gunakan dengan baik, sekali saya ucapkan terimakasih,” ucapnya.
Laporan Andi Apriyadi, Wartawan Jejamo.com
Tulisan ini dipersembahkan untuk Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) Lampung.