Jejamo.com, Banten – Pemudik mulai memadati jalan yang menuju Pelabuhan Merak untuk menyeberang ke Bakauheni, Lampung sejak semalam. Bahkan butuh 12 jam lebih untuk bisa masuk ke dalam area pelabuhan.
Dilansir jejamo.com dari CNN Indonesia, Sabtu, 2/7/2016, kisah sengsara ini dialami oleh salah satu pemudik, Doni Ismanto Darwin. Dia yang akan pulang kampung halamannya di Padang, Sumatera Barat, memilih mobil pribadi untuk mudik bersama keluarganya.
“Kita berangkat dari rumah (Jumat 1 Juli) jam 9 malam. Kondisi masih lancar. Kami sampai di KM 43 Tol Tangerang-Merak pukul 11 malam, untuk ambil mobile ticket sesuai dengan himbauan ASDP semua mobil pribadi membeli tiket mobile di Rest Area 43 dan 68,” kata Doni, kepada
Namun membeli tiket mobile yang berguna untuk mengurai kepadatan tak berjalan sesuai dengan harapannya. Dia membayangkan membeli tiket semudah seperti di aplikasi tiket semacam Traveloka atau Tiket.com.
Sebab calon penumpang harus antre dahulu untuk mengisi formulir, membayar dan baru mendapatkan kode booking. Proses itu semua memakan waktu lebih dari 1 jam. Doni dan keluarga pun melanjutkan perjalanan ke Pelabuhan Merak. Dari situlah kemacetan terjadi.
“Ternyata di KM 95, jalan tol sudah padat merayap dan cenderung berhenti, banyak mobil yang mematikan mesinnya. Ternyata yang terjadi adalah adanya rekayasa lalu lintas oleh polisi, pengelola jalan tol dan ASDP untuk menghindari penumpukan di pelabuhan,” tambah pria yang juga Founder IndoTelko Forum itu.
Dia menambahkan sistem buka tutup dimulai dari titik pembayaran akhir tol sampai menuju dermaga. Doni sendiri baru masuk ke dalam dergama sekitar pukul 9.40 pagi atau lebih 12 jam sejak memulai perjalanan dari rumahnya di Jakarta Timur. Butuh tiga jam lagi untuk bisa masuk ke kapal.
Doni pun menyayangkan minimnya informasi yang tersedia. Menurut dia sewajarnya pihak ASDP, pengelola jalan tol dan kepolisian membuat smart application agar pemudik dapat info secara real time sehingga bisa mengatur jadwal keberangkatannya.
“Kedua minim fasum seperti portable toilet di titik kemacetan. Bayangkan, orang rata-rata jalan sekitar 3 KM untuk buang hajat. Terakhir sudah sewajarnya ASDP berani menerapkan full e-ticketing layaknya maskapai dan meniru commuter line dalam berkomunikasi dengan pelanggan misal lewat media sosial,” sarannya.(*)