Jejamo.com, Ankara – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh Fethullah Gulen yang kini menetap di Amerika Serikat berada di belakang aksi kudeta Jumat malam waktu setempat.
Dilansir jejamo.com dari The Guardian, Sabtu, 16/7/2016, kudeta tersebut merupakan buntut dari persaingan tradisonal yang sudah lama berlangsung di Turki.
Persaingan tradisional di Turki melibatkan dua kelompok yaitu sekuler yang di dalamnya berdiri tentara dan lembaga negara lainnya, melawan kelompok Islam.
Lalu siapakah Gulen? Ia adalah seorang ulama Turki yang kini tinggal di pengasingan di Pennsylvania AS, ia memimpin gerakan rakyat Hizmet (layanan) yang seolah-oleh berkampanye untuk akuntabilitas demokratis.
Puncak ketegangan baru antara pengikut Gulen kontra Erdogan dan partainya AKP, bermula saat Erdogan menyalahkan pengikut Gulen yang menuntut dirinya dengan tudingan korupsi tahun 2013.
Erdogan kemudian menanggapi hal itu dengan melakukan pembersihan pengikut Gulen di dalam unsur pemerintahan Turki.
Pengacara pemerintah Turki Robert Amsterdam mengatakan ada indikasi keterlibatan langsung pengikut Gulen dalam kudeta Jumat malam. “Ada indikasi bahwa Gulen bekerjaa sama dengan beberapa pimpinan militer untuk mengkudeta pemerintahan sipil terpilih,” ujar Robert.
Sementara itu kelompok Gulen dengan cepat mengeluarkan pernyataan yang menyangkal tudingan tersebut dan mengatakan bahwa tudingan itu tidak bertanggung jawab.
“Kami telah secara konsisten mengecam intervensi militer dalam politik dalam negeri. Ini adalah nilai-nilai inti dari peserta Hizmet. Kami mengutuk setiap intervensi militer dalam politik dalam negeri Turki,” bunyi pertanyaan kelompok Gulen.(*)